Soal Bela Negara Menhan Kita Harus Contoh Israel
Makassar – Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mengatakan, negara ini akan rapuh jika rasa kebangsaan dan bela negara yang dimiliki rakyatnya sangat lemah.
“Suka atau tidak, kita harus menyontoh Israel, negara itu sangat kecil dibanding Indonesia, namun hebatnya, Israel termasuk negara yang kuat, itu karena semangat bela negaranya juga kuat,” ujar dia di depan peserta Dialog Kebangsaan membahas Bela Negara di Makassar Golden Hotel, Makassar, Minggu (21/2).
Dialog yang dipandu moderator Ulum Rusman alumni Lemhanas, itu dilaksanakan oleh Generasi Muda Indonesia Tionghoa (Gema Inti) Sulawesi Selatan (Sulsel) dan diikuti tokoh-tokoh Tionghoa, organisasi pemuda, keagamaan dan organisasi kemasyarakatan. Menhan didampingi Panglima Kodam VII Wirabuana, Mayjen TNI Agus Surya Bakti, dan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.
Menhan mengatakan, kondisi geografi Indonesia yang strategis memicu negara lain melakukan ekspansi sumber daya alam (SDA). Hal ini bisa mengancam keselamatan negara, jika pertahanan negara lemah. “Di situ pentingnya bela negara,” kata dia.
Menurut Menhan, bela negara tidak harus memanggul senjata. Semua warga negara dapat membangun pertahanan negara dengan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjaga kedaulatan negara, dan melindungi segenap bangsa Indonesia.
TNI kata dia, merupakan komponen utama tugas itu namun harus didukung berbagai komponen khususnya rakyat perlu dibekali konsep pengetahuan tentang pertahanan negara. “Warga negara harus memiliki kesadaran sikap dan perilaku menjunjung tinggi aktualisasi nilai-nilai luhur bela negara yaitu cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara,” kata Rymizard.
Kewajiban bela negara itu sudah diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. “Jadi, kalau ada warga negara yang tidak mau ikut membela negaranya, silakan saja cari negara lain,” katanya.
Mantan Panglima TNI ini mengingatkan, saat ini Indonesia memasuki iklim globalisasi dan saling ketergantungan. Perubahan cepat terjadi, dan dapat mengubah arah politik, hukum, mental, budaya dan ideologi. Menurutnya, perang ke depan bukan lagi perang frontal, tetapi perang moderen. Perang yang dilakukan dengan cara cuci otak (brain washing), menyusup melalui teknologi, budaya dan ideologi.
Menhan kata dia, memiliki kewenangan tertinggi dalam menentukan persepsi ancaman terhadap NKRI. Untuk itu perlu diberdayakan potensi negara melalui strategi perang rakyat semesta dengan kekuatan TNI sebagai komponen utama yang didukung alusista dan kekuatan rakyat. “Bangsa dan negara ini milik kita bersama, sehingga maju mundurnya dan baik buruknya tergantung kita semua. Berikan warna cerdas dan khas Indonesia dengan satu catatan penting, lepaskan ego sektoral serta patuh pada kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah,” kata pria yang pernah bertugas sebagai kepala Staf Kodam VII Wirabuana itu.
Ketua Gema Inti Sulsel, Peter Gosal menyampaikan aspirasi pemuda Tionghoa dengan menyatakan sikap bahwa mereka adalah bagian dari anak bangsa yang berdarah Indonesia dan siap membela Indonesia.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Suara Pembaruan