Studi Evaluasi Emisi Gas Buang Dari Flare Dengan Parameter H2S SO2 Dan NO2 Terhadap Kualitas Udara Ambien Di Central Processing
P Petrochina dalam proses produksi untuk mendapatkan bahan baku minyak, mendirikan Unit Central Processing Area (CPA) Mudi, Tuban, Jawa Timur. Dalam proses pengolahan tersebut, menimbulkan emisi gas buang yang dibuang melalui proses pembakaran gas di unit Flare. Flare merupakan cerobong pembakaran untuk pembuangan asap hidrokarbon secara aman yang bentuknya seperti obor, yang fungsinya untuk membakar gas-gas buang yang dihasilkan dari tiap-tiap proses produksi minyak sebelum dibuang ke atmosfer. Pembakaran tersebut dilakukan untuk menguraikan gas-gas menjadi gas-gas yang tidak terlalu berbahaya dalam konsentrasi tertentu. Dalam studi evaluasi ini dibahas mengenai kualitas udara di sekitar wilayah CPA, apakah daerah tersebut terpapar gas H2O, SO2 dan NO2 akibat dari emisi gas buang pada Flare Petrochina CPA Mudi.Pendekatan dilakukan terhadap hasil pengukuran dengan perhitungan teoritis. Pendekatan teoritis dilakukan dengan menggunakan modeling matematika, yaitu Model Penyebaran Gaussian. Dengan menggunakan Model Penyebaran Gaussian ini diharapkan dapat memprediksi konsentrasi H2S, SO2 dan NO2 pada udaa ambient di suatu lokasi sekitar sumber pencemar (Flare). Penggunaan model penyebaran Gaussian ini didukung juga dengan penggunaan rumus-rumus seperti rumus Slade (1968) untuk perhitungan kecepatan angina diatas cerobong dan penentuan kelas stabilitas udara dengan rumus Holland (1953) untuk mengetahui tinggi semburan dan tinggi efektif cerobong. Faktor kecepatan angina mempengaruhi hasil perhitungan penyabaran Gaussian.Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan teoritis pada bab pembahasan menunjukkan bahwa konsentrasi dari ketiga parameter tersebut masih dibawah Baku Mutu Udara Ambien (SK. Gub. Jawa Timur No. 192/996), yakni 42 ug/Nm3 untuk H2S, perbandingan garis hasil pengukuran dengan teoritis memiliki tingkat penyimpangan yang jauh, dapat dimungkinkan flowrate, temperature pembakaran serta keadaan angina yang tidak stabil pada saat pengukuran. Selain itu juga fluktuatifnya konsentrasi H2S yang berasal dari unit CPA.Pola sebaran terjauh adalah down wind Barat Daya, dimana rata-rata dari kecepatan anginnya paling rendah bila dibandingkan dengan down wind lainnya, sehingga menyebabkan radius sebarannya paling jauh jangkauannya, dengan konsentrasi H2S maksimum adalah 0.0249-0.0420 ug/Nm3, konsentrasi SO2 maksimum adalah 5.2137-7.8942 ug/Nm3, dan konsentrasi NO2 maksimum adalah 0.0057-0.0101 ug/Nm3.
P Petrochina, in the production process to obtain oil raw materials, established the Mudi Central Processing Area (CPA) Unit, Tuban, East Java. In the processing process, emission of exhaust gases is discharged through the gas combustion process in the Flare unit. Flare is a combustion flare for the safe disposal of hydrocarbon fumes that are shaped like a torch, whose function is to burn the exhaust gases produced from each oil production process before being discharged into the atmosphere. The combustion is carried out to decompose the gases into gases that are not too dangerous in a certain concentration. This evaluation study discusses the air quality around the CPA area, whether the area is exposed to H2O, SO2 and NO2 gases as a result of exhaust gas emissions in the Petrochina CPA Mudi Flare.Approaches are made to the measurement results with theoretical calculations. The theoretical approach is carried out using mathematical modeling, namely the Gaussian Spread Model. By using this Gaussian Spread Model, it is hoped that it can predict the concentrations of H2S, SO2 and NO2 in ambient air in a location around a pollutant source (flare). The use of the Gaussian dispersion model is also supported by the use of formulas such as the Slade formula (1968) for calculating wind velocity over the chimney and determining the air stability class with the Holland formula (1953) to determine the burst height and effective height of the chimney. The wind speed factor affects the results of the Gaussian spread calculation.Based on the results of measurements and theoretical calculations in the discussion chapter, it shows that the concentration of the three parameters is still below the Ambient Air Quality Standard (SK. Gub. Jawa Timur No. 192/996), which is 42 ug / Nm3 for H2S, the comparison of the measurement results with theoretical lines has a large degree of deviation, it is possible to allow flowrate, combustion temperature and unstable wind conditions at the time of measurement. In addition, the H2S concentration fluctuates from the CPA unit.The farthest distribution pattern is the Southwest down wind, where the average wind speed is the lowest when compared to other downwinds, causing the radius of its distribution to be the farthest in its range, with a maximum H2S concentration of 0.0249-0.0420 ug / Nm3, the maximum SO2 concentration is 5. .8942 ug / Nm3, and the maximum NO2 concentration is 0.0057-0.0101 ug / Nm3.