12 Prinsip Desain Arsitektur Dan Contoh Penerapannya

Apa kamu merasa desain kamu kurang memuaskan? Sudah begadang berhari-hari tapi kok hasilnya biasa aja?

Ada kemungkinan ini disebabkan oleh desain kamu yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip desain.

Perlu diketahui, prinsip-prinsip ini tidak mutlak jumlahnya. Ada banyak sumber yang membahas tentang prinsip desain dengan jumlah hingga prinsip yang berbeda-beda.

Tapi Kamu enggak perlu kawatir! Berikut 12 Prinsip Desain yang bisa menjadi referensi kamu untuk hasil desain yang memuaskan.

Let’s go!

Kontras adalah perbedaan yang dimiliki berbagai elemen dalam satu desain yang membuatnya mencolok dari yang lain.

Prinsip ini digunakan dengan berbagai tujuan mulai dari alasan estetika hingga fungsional.

Penggunaan kontras yang tepat dapat dilihat pada desain Perpustakaan Universitas Helsinki, Finlandia.

Desain perpustakaan ini menggunakan prinsip kontras pada façade bangunan untuk mengarahkan pengunjung pada pintu masuk utama.

Kalau kita perhatikan, bangunan ini juga memiliki akses sekunder untuk servis pada sisi kanan façade. Hal ini memperkuat alasan penggunaan kontras agar pengunjung tidak kebingungan.

Setiap elemen dalam desain memiliki bobot visual mulai dari warna, ukuran, hingga tekstur. Dengan memahami bobot ini, penggunaan dan penempatan elemen pada desain harus diatur untuk menciptakan keseimbangan atau balance.

Keseimbangan itu sendiri ada 2 macam, yaitu Simetris dan Asimetris.

1. Simetris

Keseimbangan simetris tercipta ketika elemen desain seimbang terhadap garis sumbu dengan setiap elemen tercerminkan pada kedua sisinya.

Keseimbangan ini menciptakan kesan stabil dan mudah ditemukan pada arsitektur tradisional. Namun jika terlalu banyak digunakan, simetri beresiko menciptakan komposisi yang monoton.

Contoh keseimbangan simetris dapat dilihat pada bangunan Taj Mahal. Bila dilihat dari depan, kita bisa membayangkan garis sumbu yang membelah kedua sisi bangunan secara simetris.

Keseimbangan simetris juga dapat dicapai dengan lebih dari satu garis sumbu. Ini dikenal dengan Keseimbangan Radial. Keseimbangan ini biasanya dapat dilihat pada denah bangunan.

Contoh keseimbangan radial ini juga dapat kita lihat pada denah Taj Mahal. Dengan 2 garis sumbu yang membelah keempat sisi bangunan yang saling mencerminkan satu sama lain.

2. Asimetris

Keseimbangan asimetris, yang juga dikenal dengan keseimbangan aktif, tidak memiliki garis sumbu yang membagi desain menjadi dua bagian yang sama.

Elemen pada desain dengan keseimbangan asimetris tidak tercermin pada dua sisi sumbu, tetapi tetap tertata sedemikian rupa sehingga tercapai keseimbangan.

Contoh keseimbangan asimetris dapat dilihat pada Walt Disney Concert Hall. Massa bangunan yang dirancang asimetris, menciptakan bangunan yang unik dan dinamis

Tekanan visual didapatkan dengan menjadikan satu atau lebih elemen desain sebagai pusat perhatian. Elemen ini biasa disebut Focal Point. Focal point dapat dibentuk dari ukuran, bentuk, warna, tekstur, ornamen, atau lokasi yang mencolok, tapi tetap harus harmonis dengan elemen desain lainnya.

Tekanan visual juga dapat berupa prinsip desain yang diterapkan pada suatu komposisi seperti repetisi, pergerakan, dan lainnya.

Contoh penerapan tekanan visual dapat dilihat pada desain Monumen Nasional (Monas). Pada monumen ini, puncak berlapis emas digunakan sebagai focal point. Melambangkan perjuangan rakyat Indonesia yang berkobar penuh semangat ketika melawan penjajah.

Skala yang dimaksud dalam prinsip desain arsitektur adalah hubungan antara ukuran bangunan beserta komponennya terhadap ukuran manusia.

Disadari atau tidak, ukuran suatu benda dapat memberikan persepsi tertentu terhadap seseorang.

Skala dibedakan menjadi 4 macam yaitu Normal, Intim, Monumental, dan Kejutan.

1. Normal

Skala normal adalah skala yang biasa digunakan oleh manusia. Skala ini tidak memberikan kesan tertentu dan paling sering digunakan dalam desain bangunan.

2. Intim

Skala intim menggunakan ukuran yang lebih kecil dari apa yang biasa dianggap normal. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada desain Bed Alcove. Ruang istirahat dirancang lebih kecil untuk menciptakan kesan yang nyaman dan terturup.

3. Monumental/Megah/Heroik

Skala monumental menggunakan ukuran yang lebih besar dari apa yang dianggap normal. Skala ini dapat digunakan untuk menunjukkan status kepentingan.

Kita bisa lihat penggunaan skala ini pada bangunan istana yang dirancang untuk menunjukkan kekuasaan penghuninya.

4. Kejutan

Skala kejutan dapat lebih kecil ataupun lebih besar dari yang biasa dianggap normal. Tapi perbedaan ukuran ini sangat signifikan sampai membuat kita tersentak.

Skala kejutan ini dapat ditemukan pada bangunan Piramida Giza. Sejarawan masih memperdebatkan makna dari desain bangunan yang digunakan sebagai makam firaun mesir ini. Namun tidak dapat dipungkiri, Piramida Giza dibangun dengan skala yang luar biasa.

Proporsi adalah ukuran elemen-elemen dalam komposisi desain dan keterkaitannya antara satu sama lain.

Pada pembahasan sebelumnya, dijelaskan bahwa memainkan ukuran elemen desain bisa menjadi strategi dalam menentukan focal point, skala, maupun keseimbangan komposisi. Tapi mempermainkan ukuran ini tidak bisa sembarangan!

Ukuran antar elemen dan secara keseluruhan komposisi desain harus proporsional.

Terus desain yang proporsional itu bagaimana? Sama seperti skala, proporsi juga ditentukan dari pengalaman setiap individu manusia. Pengalaman seseorang mengamati dunia di sekelilingnya membentuk indra rasa (sense) dalam mengenali proporsi.

Seperti dalam mendesain interior, sesuaikan furnitur dengan dimensi ruang. Gunakan furnitur yang sederhana dan minimalis jika ruangan yang tersedia cukup kecil. Sedangkan gunakan furnitur yang dapat mengisi ruangan dengan baik jika ruangan cukup besar.

Hierarki mengacu pada perbedaan tingkat kepentingan di antara komposisi desain. Elemen yang dipentingkan harus terlihat mencolok secara visual dengan memberlakukan prinsip tekanan yang sudah dibahas sebelumnya.

Bisa ada lebih dari 1 elemen dominan dalam suatu komposisi desain. Focal point sekunder ini dapat berperan sebagai variasi.

Tapi hati-hati! Focal point yang terlalu banyak dalam satu komposisi bisa membingungkan. Kalau semua mau jadi pusat perhatian, tidak ada yang jadi pusat perhatian.

When everyone’s super, no one will be! – Syndrome, The Incredibles

Dalam penggunaannya, prinsip hierarki bisa ditekankan dengan berbagai cara. Masjid Istiqlal yang berdiri megah di jantung Ibu Kota merupakan contoh penggunaan prinsip hierarki dengan ukuran dan lokasi.

Ini menunjukkan salah satu masjid terbesar di Indonesia ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, bukan hanya bagi masyarakat Ibu Kota, tapi juga nasional.

Repetisi bagus digunakan untuk menyatukan desain yang memiliki banyak elemen yang berbeda. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik dari segi warna, bentuk, pola, dan lainnya.

Dalam repetisi, elemen desain tidak harus identikal. Setiap elemen cukup memiliki karakteristik yang sama dengan keunikannya masing-masing.

Penggunaan prinsip ini bisa dilihat pada desain Borobudur. Arsitektur candi terbesar di Indonesia ini memiliki tiga bagian yang mewakili tiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha. Serta dilengkapi dengan ribuan relief dan puluhan stupa, bangunan ini memiliki detail arsitektur yang rumit.

Tapi dibalik kerumitannya, desain Borobudur tetap tersusun rapih berkat prinsip repetisi.

Selain dari repetisi, ada juga yang disebut dengan Irama. Prinsip ini mengacu pada pengulangan elemen secara berpola yang membentuk gerakan, baik secara teratur atau tidak teratur.

Irama terdiri dari 5 macam, yaitu:

1. Statis

Irama statis adalah irama dengan pengulangan elemen yang teratur. Baik dalam segi peletakan, jarak, maupun dimensi. Irama ini bisa kita lihat pada bangunan Mountain Dwellings, rancangan arsitek Bjarke Ingels. Unit hunian pada bangunan ini dirancang dengan desain serupa dan disusun repetitif, menghasilkan irama statis yang menarik.

2. Dinamis

Kebalikannya dari irama statis, irama dinamis merupakan irama dengan pengulangan elemen yang tidak teratur. Kita bisa lihat penggunaan irama ini di Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia (UI). Dengan massa bangunan yang tidak biasa, irama dinamis menjadi pelengkap yang tepat bagi salah satu bangunan kebanggaan UI ini.

3. Progresif

Irama progresif dibentuk dengan perubahan pola pertama ke pola kedua dan seterusnya dengan teratur. Perubahan ini tidak signifikan sehingga perbedaan hanya dapat terlihat jelas pada pengamatan desain secara keseluruhan.

Bagi yang sering ke Jakarta Pusat pasti tidak asing lagi dengan JPO Gelora Bung Karno. Yak! Desain pada façade jembatan penyebrangan orang ini menggunakan irama progresif.

Dengan pola unik yang terkesan berputar melilit jembatan, desain ini juga sukses melilit minat warga Jakarta untuk mengabadikan pengalaman mereka saat pengunjungi JPO ini.

Walaupun namanya ‘area putih’, area ini tidak harus berwarna putih. Area putih atau white space adalah area dalam desain yang tidak mengandung elemen desain apapun.

Area ini dibiarkan kosong bukan tanpa alasan. Kekosongan bertujuan untuk mengatur hierarki, organisasi desain, dan ruang bernafas untuk desain kamu.

Tidak semua sudut bangunan harus mendetail. Seperti yang sudah dibahas dalam Hierarki, ada elemen desain yang diutamakan/ditonjolkan, dan juga ada elemen yang dikesampingkan.

Desain yang terlalu rumit juga perlu diimbangi dengan area putih agar desain dapat ‘bernafas’ dan seimbang.

Penggunaan prinsip ini bisa dilihat di desain Beton House, karya Parisauli Arsitek Studio. Façade bangunan dengan ornamen kayu, dilengkapi dengan beton ekspos yang berperan sebagai white space.

Pergerakan di sini maksudnya bagaimana desain memandu pengguna dalam penggunaan desain. Ketika pengguna melihat bangunan, desain harus dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, seperti pintu masuk utama.

Informasi ini diberikan dengan menggunakan prinsip desain yang sudah dibahas sebelumnya, seperti tekanan, hierarki, repetisi, dan lainnya.

Prinsip ini mudah dikenali pada bangunan-bangunan publik. Lobby, akses masuk utama, tangga utama, dan elevator ditempatkan di lokasi yang mudah dikenali dengan sirkulasi yang efektif.

Selain repetisi, desain juga butuh variasi. Ini digunakan untuk menciptakan visual yang menarik dan mencegah desain yang monoton. Variasi dapat diciptakan dengan banyak cara, mulai dari warna, bentuk, ukuran, dan lainnya.

Tapi adanya variasi harus dapat mendukung elemen desain lainnya! Daripada hanya menambahkan variasi tanpa tujuan yang jelas.

Penggunaan prinsip ini dapat dilihat di desain Perpustakaan Brimingham dengan variasi ukuran massa bangunan dan warna façade. Variasi ini tidak hanya mengimbangi pola lingkaran repetitif pada façade bangunan, tapi juga mengekspresikan perbedaan program pada tiga bagian bangunan.

Prinsip desain yang terakhir dan paling penting adalah kesatuan atau unity. Prinsip ini mengacu pada keterpaduan dari seluruh elemen dan prinsip-prinsip desain yang sudah dibahas sebelumnya.

Pada contoh-contoh yang sudah kita lihat sebelumnya, prinsip desain selalu diimplementasikan dengan memastikan adanya unity dalam desain.

Seluruh komponen ini harus saling menunjang, tidak berlebihan ataupun kekurangan, sehingga membentuk kesatuan. Ini membantu memastikan konsep desain dapat terkomunikasikan dengan jelas dan terpadu.

KESIMPULAN
Apa saja yang termasuk dalam prinsip desain sebenarnya masih diperdebatkan dan yang saya bahas di artikel ini adalah prinsip-prinsip desain yang saya coba rangkum dan jabarkan untuk kamu semua.

Tepatnya ada 12 prinsip desain, yaitu kontras, keseimbangan, tekanan visual, skala, proporsi, hierarki, repetisi, irama, area putih, pergerakan, variasi, dan kesatuan.

Dapat memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip ini sangat penting untuk kesuksesan sebuah desain.

NAH! Itu dia prinsip desain yang penting bagi kamu para calon arsitek Indonesia.

Kalau kamu gimana? Apa prinsip desain yang digunakan di karya arsitektur favorit kamu? Coba share pendapat kamu di kolom komentar!

Terima kasih sudah membaca artikel ini.

Salam Arsitektur!

Dengan meningkatnya popularitas arsitektur hijau untuk menangkal pemanasan global, kayu…

Baca >> Ketika berurusan dengan hal yang berbau tua, biasanya kita langsung…

Baca >> Bahaya sambaran petir pada bangunan adalah salah satu ancaman yang…

Baca >> Struktur merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi untuk menopang beban…

Baca >> Jika disajikan dengan kata ‘arsitektur’, sebagian besar orang awam memahaminya…

Baca >>