3 Negara Ini Hadapi Kontroversi Penggunaan Teknologi 5G Huawei

Logo Huawei. HUAWEI-USA/CAMPAIGN REUTERS/Philippe Wojazer
TEMPO.CO, Jakarta – Keputusan Spanyol untuk membuka pintu pasar 5G negara itu pada Vodafone Spanyol yang bekerja sama dengan Huawei, bisa jadi pukulan telak bagi Amerika Serikat. Keputusan itu menjadikan Negara Matador tersebut sebagai negara pertama di Eropa yang mau menerima teknologi Huawei.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding Huawei adalah mata-mata Beijing, namun hal ini ditampik oleh perusahaan telekomunikasi raksasa asal Cina tersebut. Washingtong pun mendesak sekutu-sekutunya agar meninggalkan teknologi 5G Huawei dengan alasan keamanan. Berikut tiga negara yang menghadapi kontroversi agar meninggalkan Huawei:

Baca juga:Buntut Huawei Dilarang, Perusahaan Chip AS Rugi Rp 28 Triliun

Dikutip dari scmp.com, partai-partai oposisi mengkhawatirkan hubungan bilateral Selandia Baru dan Cina setelah pemerintah Perdana Menteri Jacinda Ardern memblokir jaringan data 5G Huawei secara nasional di negara itu. Pemblokiran dilakukan dengan alasan adanya kekhawatiran pada keamanan nasional.

Per November 2018 otoritas Selandia Baru meminta perusahaan telekomunikasi lokal bernama Spark agar tak lagi menggunakan peralatan buatan Huawei. Alasannya ada kekhawatiran dari Biro Keamanan Komunikasi Selandia baru.

Ardern mengatakan hubungan negaranya dengan Cina sangat luas dan bukan tanpa hambatan. Rencananya Ardern pun akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Cina pada akhir 2019.

Baca juga:Kesampingkan Amerika, Vodafone Spanyol Kerja Sama dengan Huawei

Pada Februari 2019, sekelompok anggota parlemen Italia dari koalisi pemerintahan mendorong pemerintah agar memblokir teknologi Huawei dengan cara tidak lagi mensuplai peralatan dari perusahaan itu, khususnya jaringan komunikasi 5G.

Anggota parlemen dari Partai Lega dan Gerakan Lima Bintang itu menyerukan kepada pemerintah Italia agar menggunakan kekuatannya memblokade Huawei yang telah menjadi sebuah supplier bagi operator-opertor telekomunikasi besar di Italia.

Dikutip dari reuters.com, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan pihaknya telah meyakinkan Huawei kalau perusahaan itu tidak akan menghadapi diskriminasi untuk jaringan telekomunikasi 5G.

Anggota parlemen Inggris belum menerbitkan larangan Huawei berpartisipasi dalam regenerasi jaringan 5G. Kendati begitu, operator EE dan Vodafone Inggris sudah melepaskan Huawei dari projek 5G mereka.

Pada April 2019, sejumlah laporan menyebut pemerintah Inggris berniat memberikan pembatasan peran Huawei di infrastruktur 5G. Menanggapi hal ini, sejumlah operator telekomunikasi menyusun sebuah surat yang kemungkinan akan diserahkan ke Sekretaris Kabinet Inggris, Mark Sedwill. Surat itu memperingatkan pemerintah bahwa Inggris bisa kehilangan posisi sebagai salah satu negara terdepan dalam hal konektifitas mobile menyusul tak jelasnya posisinya Huawei di Inggris.