Analisis Teknikal Prinsip Dasar Grafik Tren Indikator

Sebagai seorang investor maupun trader selain harus melakukan analisis fundamental, juga harus melakukan analisis teknikal atau technical analysis.

Pada dasarnya dengan melakukan analisis teknikal para investor maupun trader dapat mengetahui kapan harus melakukan transaksi baik itu beli maupun jual.

Sedangkan dengan menggunakan analisis fundamental mampu mengetahui apa yang akan dibeli.

Dengan memadukan antara analisis teknikal dengan fundamental, maka akan mampu meminimalkan terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan atau meminimalkan / mencegah terjadinya kerugian.

Oke pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang analisis teknikal. Mari simak dengan seksama dalam pembahasan berikut ini..!!

Apa Itu Analisis Teknikal?
Pada dasarnya analisis teknikal adalah suatu metode dalam melakukan analisa dengan cara melakukan pengolahan data historis harga dan jumlah atau volume transaksi untuk mengidentifikasi suatu pola pergerakan harga yang terjadi di pasar.

David S Kodrat & Kurniawan Indonanjaya (2010), dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Investasi, Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham” menjelaskan bahwa:

> “Analisis Teknikal adalah suatu jenis analisis yang selalu berorientasi kepada harga (pembukaan, penutupan, tertinggi, dan terendah) dari suatu instrumen investasi pada batas waktu tertentu (berorientasi terhadap harga).”

John J Murphy (1999) dalam bukunya yang berjudul “Technical Analysis of The Financial Markets”, menjelaskan bahwa:

> “Technical analysis is the study of market action, primarily through the use of charts, for the purpose of forecasting future price trends.”

“Artinya: Analisis teknikal adalah studi tentang aksi pasar, terutama melalui pemakaian grafik, untuk tujuan meramalkan tren harga di masa yang akan datang.”

Martin J Pring (2005) dalam bukunya yang berjudul “Martin Pring on Price Pattern”, menjelaskan bahwa:

> “The technical approach to investment is essentially a reflection of the idea that prices move in trends that are determined by the changing attitudes of investors toward a variety of economic, monetary, political, and psychological forces.

The art of technical analysis, for it is an art, is to identify a trend reversal at a relatively early stage and ride on that trend untill the weight of the evidence shows or proves that the trend has reversed.”

“Artinya: Pendekatan teknikal terhadap investasi pada dasarnya adalah cerminan dari gagasan bahwa harga bergerak dalam tren yang ditentukan oleh perubahan sikap investor terhadap berbegai kekuatan ekonomi, moneter, politik, dan psikologis.

Oleh karena itu, analisis teknikal adalah seni mengidentifikasi pembalikan tren pada tahap yang relatif awal dan mengikuti tren itu hingga bobot bukti menunjukkan atau membuktikan bahwa tren sudah berbalik.”

Prinsip Dasar (Asumsi) dalam Analisis Teknikal
Dalam analisis teknikal ini terdapat beberapa prinsip dasar atau asumsi. Asumsi tersebut harus dipegang kuat oleh para pemakainya.

Hal tersebut dikarenakan beberapa asumsi ini merupakan dasar dari analisis teknikal.

Berikut ini merupakan beberapa prinsip dasar atau asumsi dalam analisis teknikal.

1. Market Price Discounts Everyting
Prinsip dasar dalam analisis teknikal yang pertama adalah bahwa semua hal yang dapat mempengaruhi harga baik dari segi fundamental, politik, ekonomi, dan lain sebagainya sudah tercermin dalam pergerakan harga di pasar.

Berbagai hal tersebut akan bisa dilihat atau tergambarkan dalam harga secara seketika.

Dengan kata lain prinsip dasar ini beranggapan bahwa apa yang kamu butuhkan untuk mengambil keputusan adalah apa yang dapat kamu lihat dari pergerakan harga itu sendiri.

Pada dasarnya pergerakan harga yang terjadi tersebut dikarenakan terdapat permintaan dan juga penawaran.

Dengan demikian dengan prinsip dasar ini, jika jumlah penawaran lebih banyak dibandingkan dengan permintaan, maka harga akan turun.

Begitu juga sebaliknya, apabila permintaan lebih besar daripada penawaran, maka harga akan naik.

2. Price Moves in Trend
Prinsip dasar analisis teknikal yang selanjutnya adalah price moves in trend.

Maksudnya adalah harga akan selalu bergerak dengan tren atau pola tertentu.

Dan pola pergerakan harga tersebut akan terus berkelanjutan sampai dengan adanya tanda – tanda yang menunjukan tren tersebut akan berakhir atau berbalik arah.

Dalam hal ini kamu perlu ingat bahwa jangan sampai kamu mengambil keputusan transaksi yang berlawanan dengan tren harga yang sedang terjadi.

Misalnya ketika harga naik, kamu malah melakukan transaksi beli dan begitu pula sebaliknya ketika harga turun kamu melakukan transaksi jual.

Prinsip dasar yang kedua ini berkaitan dengan prinsip dasar yang pertama.

Yaitu seluruh informasi dapat terlihat dari pergerakan harga, maka tren tersebutlah yang memperlihatkan sikap para pelaku pasar atas suatu harga.

Sangat penting bagi kamu untuk mempunyai kemampuan dalam membaca tren yang sedang terjadi.

Hal tersebut tentu saja agar kamu bisa memanfaatkan tren yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

3. History Repeats Itself
Prinsip dasar yang ke-3 adalah pergerakan harga yang terjadi di masa lalu menjadi pedoman atau acuan untuk mengambil keputusan transaksi.

Data historis bisa dipakai untuk melakukan forecasting data atau harga di masa yang akan datang.

Megapa demikian?

Hal tersebut diakrenakan terdapat faktor psikologis para pelaku pasar yang secara umum mempunyai sifat konstan.

Artinya, bahwa manusia cenderung akan bereaksi terhadap suatu hal dengan cara yang sama.

Dengan demikian, semua hal yang sudah terjadi di masa lalu akan mempunyai dampak yang sama atas peristiwa yang sama di masa depan.

Contoh nyata dari prinsip dasar history repeats itself dapat dilihat pada gambar di atas yaitu pergerakan harga saham dari PT Akasha Wira International yang mempunyai kode saham ADES.

Grafik / Charts dalam Technical Analysis
Dari penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa analisis teknikal mempunyai prinsip dasar bahwa harga bergerak sesuai dengan tren / pola / pattern.

Pola tersebut dapat digambarkan dengan melalui grafik atau charts.

Dengan kata lain, charts ini mempunyai fungsi untuk menunjukkan histori pergerakan harga pada suatu periode waktu tertentu.

Dengan demikian, charts atau grafik ini dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan analisis teknikal.

Terdapat beberapa jenis charts yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut.

1. Grafik Garis (Line Charts)
Line charts merupakan sebuah grafik yang terbentuk dengan cara menghubungkan antara harga penutupan (closing price) pada setiap waktunya.

Dengan demikian, line charts ini tidak memuat informasi tentang harga pembukaan (opening price), harga tertinggi (highest price), dan harga terendah (lowest price).

Untuk lebih memahami tentang line charts, berikut ini merupakan contohnya.

Dari contoh di atas, line charts tersebut dapat dibaca sebagai berikut:

1 Maret, closing pirce di harga $20.

2 Maret, closing price di harga $22.

3 Maret, closing price di harga $21.

4 Maret, closing price di harga $23.

2. Grafik Batang (Bar Charts)
Grafik batang atau bar charts ini merupakan grafik yang terbentuk dari 4 harga yaitu:

* Opening price (harga pembukaan).
* Closing price (harga penutupan).
* Lowest price (harga terendah).
* Highest price (harga tertinggi).

Untuk opening price dan juga closing price ini digambarkan dengan garis horisontal yang dimana untuk opening price ini garisnya berada pada sisi kiri sedangkan untuk closing price berada pada sisi kanan.

Untuk lowest price dan highest price digambarkan dengan garis vertikal yang berada diantara garis opening dan closing price.

Yang dimana untuk highest price berada pada titik atas garis vertikal dan lowest price berada pada titik bawah garis vertikal.

Bar charts ini juga sering disebut dengan OHLC charts. OHLC tersebut menerangkan 4 harga yang membentuk bar charts.

Untuk lebih memahami berikut ini merupakan contohnya.

3. Grafik Lilin (Candle Charts)
Grafik lilin atau candle charts atau candlestick ini sama seperti bar charts yang dimana mencerminkan 4 harga.

Yang membedakan adalah pada badan atau body saja. Dimana untuk body dari candlestick ini dibedakan berdasarkan pada warnanya antara harga naik dan turun.

Sehingga, candlestick ini lebih mudah untuk dilihat jika dibandingkan dengan bar charts.

Candlestick dengan warna putih memperlihatkan pergerakan harga yang sedang mengalami kenaikan pada sesi tersebut.

Dengan kata lain harga closing berada di atas atau lebih besar dibandingkan dengan harga opening.

Candlestick dengan warna hitam memperlihatkan pergerakan harga yang sedang mengalami penurunan pada sesi tersebut.

Dengan kata lain harga closing berada di bawah atau lebih kecil dibandingkan dengan harga opening.

> “Catatan: Untuk warna dari candlestick ini tidak selalu berwarna hitam putih. Bisa juga untuk menggambarkan penurunan harga dengan warna merah, dan kenaikan harga dengan warna hijau, dan lain sebagainya.”

Garis yang berada di luar badan candlestick ini memperlihatkan harga tertinggi dan juga terendah yang disebut dengan shadow.

Garis yang menunjukkan harga tertinggi disebut dengan upper shadow terletak diatas body candle, sedangkan yang menunjukkan harga terendah disebut dengan lower shadow terletak dibawah body candle.

Trend dalam Analisis Teknikal
Perlu kamu ketahui bahwa trend merupakan salah satu dari prinsip dasar yang ada di dalam analisis teknikal yang sudah dibahas sebelumnya yaitu price move in trend.

Secara sederhananya trend adalah suatu kecenderungan arah pergerakan harga pada suatu pasar.

Berdasarkan Dow Theory, trend dibgi menjadi 3, yaitu sebagai berikut.

* Uptrend, adalah suatu kecenderungan pergerakan harga yang dimana harga mengalami kenaikan.
* Downtrend, adalah suatu kecenderungan pergerakan harga yang dimana harga mengalami penurunan.
* Sideways, adalah suatu kecenderungan pergerakan harga yang dimana harga menyamping atau horisontal pada posisi harga tertinggi dan terendah. Trend ini juga disebut dengan trendless atau tidak mempunyai trend.

Dalam hal ini perlu kamu ketahui bahwa harga suatu instrumen investasi tidak selalu mengalami kenaikan maupun tidak selalu mengalami penurunan.

Pada kenyataannya harga mengalami fase naik dan turun berulang kali sehingga membentuk gerakan zigzag.

Dalam gerakan tersebut terdapat titik tertinggi (top) dan titik terendah (bottom) yang mampu memberikan landasan dalam menentukan kecenderungan arah pasar (trend).

Berikut ini merupakan contoh uptrend, downtrend, dan sideway.

Perlu kamu ketahui bahwa dalam setiap trend tersebut terbagi lagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut.

* Major trend
* Secondary trend
* Minor trend

Major trend ini merupakan trend utama dan juga yang paling besar. Selanjutnya trend yang lebih kecil adalah secondary trend.

Kemudian minor trend adalah trend yang paling kecil yang ada di dalam secondary trend.

Fase dalam Trend
Dalam Dow Theory menjelaskan bahwa dalam setiap trend terdiri dari 3 fase, yaitu sebagai berikut.

* Fase akumulasi
* Fase partisipasi publik
* Fase distribusi

Fase akumulasi adalah suatu fase yang dimana pembelian pada umumnya dilakukan oleh para investor profesional yang mempunyai analisis tajam dan matang.

Pada fase akumulasi ini biasanya pasar dalam kondisi yang bisa dibilang jelek.

Hal tersebut dikarenakan setiap harinya pasar dipenuhi dengan sikap pesimis dan berbagai berita negatif.

Pada kondisi tersebut lah rata – rata investor terutama yang masih pemula hampir tidak ada yang berani untuk memasuki pasar atau melakukan pembelian.

Pada fase ini para pelaku pasar sedang dalam keadaan panic selling yang diikuti dengan rasa takut.

Jika tekanan jual sudah mulai mereda biasanya harga akan mulai pulih atau mulai naik dan mulai muncul berbagai berita positif.

Nah, dalam kondisi tersebutlah biasanya para trend follower dan juga publik mulai berpartisipasi.

Dengan demikian, fase tersebut dinamakan dengan fase partisipasi publik.

Fase partisipasi publik ini akan berlanjut hingga pada fase terakhir, dimana hampir setiap para pelaku pasar dipenuhi dengan rasa rakus atau tamak.

Dalam hal tersebut banyak para pelaku pasar yang merasa menyelas karena membeli dalam jumlah yang sedikit.

Pada fase ini setiap hari nya pasar dipenuhi dengan berbagai berita positif dan berbegai komentar dari para analisis yang penuh dengan rasa percaya diri.

Hal tersebut tentu saja akan mengangkat harga menjadi semakin tinggi. Keadaan tersebut sering juga disebut dengan pembelian over (overbought).

Ketika semua orang sedang dipenuhi dengan euforia, para investor yang profesional mulai mendistribusikan instrumen investasi yang dibelinya ketika di dasar atau ketika harga rendah.

Fase tersebut dinamakan dengan fase distribusi.

Indikator dalam Analisis Teknikal
Technical indikator adalah suatu metode untuk melakukan analisa yang dihasilkan dari perhitungan suatu formula atas berbagai data yang ada sebelumnya dengan tujuan untuk melakukan forecasting pergerakan harga yang akan terjadi di kemudian hari.

Dalam hal ini kamu bisa menggunakan technical indicator untuk beberapa hal seperti.

* Alat bantu utama dalam melakukan analisis teknikal.
* Sebagai alat bantu konfirmasi terhadap metode lain, misalnya seperti untuk konfirmasi terhadap sinyal yang diperoleh dengan menggunakan analisis fundamental.
* Dan lain sebagainya.

Pada umumnya technical indicator ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

Lagging indicator adalah indikator yang mempunyai fungsi untuk mendeteksi suatu trend.

Yang termasuk ke dalam lagging indikator misalnya seperti MA (moving average).

Leading indicators adalah indikator yang mempunyai fungsi untuk membaca suatu momentum pasar, apakah sedang oversold atau overbought.

Yang termasuk ke dalam leading indikator misalnya seperti RSI (relative strength index).

Sebenarnya ada banyak sekali indikator, namun dalam artikel ini hanya akan dibahas beberapa indikator saja, yaitu sebagai berikut.

1. Moving Average (MA)
Moving average atau yang biasa disebut dengan MA adalah indikator yang bisa dibilang paling banyak digunakan.

Hal tersebut dikarenakan indikator moving average (MA) ini sangat mudah untuk digunakan maupun dianalisis.

Indikator ini menampilkan nilai rata – rata data harga pada suatu periode waktu tertentu.

Dalam hal ini data riwayat dari pergerakan harga saham dipakai pada suatu formula dan hasilnya akan ditampilkan sebagai suatu garis pada charts.

Garis tersebut dipakai untuk mendeteksi trend pergerakan harga, yaitu memberikan sinyal mengenai sinyal terjadinya trend baru.

Atau dapat digunakan sebagai konfirmasi bahwa trend yang sedang berlangsung akan reversal.

Indikator moving average juga bisa digunakan sebagai pengganti garis trend konvensional dalam menentukan spport dan resistance.

Pada umumnya indikator ini mempunyai beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

* SMA (simple moving average).
* WMA (weighted moving average).
* EMA (exponential moving average).

2. Relative Strength Index (RSI)
Relative strength index atau yang lebih dikenal dengan indikator RSI merupakan indikator yang pertama kali diperkenalkan oleh J Welles Wilder pada tahun 1978.

Pada umumnya indikator RSI digunakan untuk mengetahui atau membaca momentum pasar, apakah sedang jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold).

Indikator RSI ini dapat digunakan sebagai sinyal beli (buy) maupun jual (sell).

RSI berupa osilator mempunyai suatu batasan level tertinggi dan juga terendah yaitu dengan menggunakan skala 0 hingga 100.

Untuk level yang berada di atas 70 sebagai area overbought sedangkan untuk level yang berada di bawah 30 adalah area oversold.

3. Bollinger Bands
Indikator bollinger bands pertama kali diperkenalkan oleh John Bollinger pada tahun 1980 an.

Bollinger bands ini sebetulnya merupakan moving average yang dikembangkan menjadi 2 garis.

Kedua garis tersebut yaitu garis atas yang biasa disebut dengan upper bands dan garis bawah yang biasa disebut dengan lower bands.

Pergerakan dari harga saham yang melewati garis atas menandakan bahwa pasar sedang dalam kondisi overbought atau sinyal bearish.

Sedangkan apabila pergerakan harga saham melewati garis bawah menandakan bahwa pasar sedang dalam keadaan oversold atau bullish.

Indikator ini memperlihatkan batas relatif dari suatu kenaikan atau penurunan harga.

Titik yang penting dalam indikator ini sebenarnya berada pada pergerakan rata – rata harga yang memperlihatkan trend jangka.

Indikator trend tersebut dinamakan dengan middle band, posisinya terletak diantara garis bawah dan garis atas seperti yang ada di dalam gambar di atas.

Garis tengah yang berwarna merah tersebut biasanya memperlihatkan pergerakan harga rata – rata dalam 20 periode.

Garis Support dan Resistance
Dalam analisis teknikal dikenal dengan istilah support dan resistance.

Support adalah suatu level yang dimana menahan harga untuk turun, sehingga terdapat kencenderungan harga akan mengalami kenaikan.

Hal tersebut dikarenakan jumlah pembeli lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penjual.

Atau dengan kata lain jumlah demand atau permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah supply atau penawaran.

Sedangkan, resistance adalah suatu level yang dimana menahan harga untuk naik, sehingga terdapat kecenderungan harga akan mengalami penurunan.

Hal tersebut dikarenakan jumlah penjual lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pembeli

Atau dengan kata lain jumlah supplay atau penawaran lebih besar dibandingkan dengan jumlah demand atau permintaan.

Dalam hal ini apabila garis support jebol atau terlewati, maka kan menjadi titik resistance baru.

Begitu juga sebaliknya, apabila garis resistance jebol atau terlewati, maka akan menjadi titik support baru.

Akhir Kata

Demikianlah sedikit pembahasan tentang analisis teknikal atau technical analysis. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan kamu.

Jika ada kritik, saran, atau pertanyaan silakan sampaikan di kolom komentar. Terima kasih.