Belief System JokoKurniawancom

by admin· Published April 8, 2016· Updated June 6, Apa itu belief system ? Belief system adalah “Life Script” atau “Blue Print” atau “Landasan Keyakinan” yang melatar belakangi seseorang bersikap & berperilaku. Jadi semua hal yang anda lakukan pasti berawal dari “Belief System” yang anda punya.

Pikiran dibagi menjadi 2 :

* Pikiran sadar (cenderung berfungsi untuk analisa, logika, hitungan, dll yang menyangkut ilmu pasti)
* Pikiran bawah sadar ( berisi SELF IMAGE & BELIEF SYSTEM)

Pikiran bawah sadar berperan dalam kehidupan 88% sedangkan pikiran sadar maksimal hanya 12%, maka dari itu belief system yang kuat akan membentuk perilaku yang kuat pada diri seseorang. Belief system bisa mencakup semua hal dalam kehidupan (tentang agama, rentang cinta, tentang keluarga, tentang persahabatan, dll) yang pada intinya akan menjadi standar kebenaran yang ada dalam pikiran seseorang. Maka dari itu, kita sering kali bilang, apa yang kita anggap benar belum tentu benar di mata orang lain, demikian pula sebaliknya perbedaan itu disebabkan belief system yang berbeda.

Contoh Belief System :

* Orang yang meyakini bahwa Agama Islam sebagai agamanya, maka semua perilaku ritual keagamaannya pasti sesuai ajaran Islam
* lisensi avast internet security * Orang yang meyakini bahwa Budha sebagai agamanya maka semua perilaku ritual keagamannya pasti sesuai ajaran Budha
* Di suatu daerah ada budaya Larung, sesembahan pada “Sang Penguasa” laut kidul misalnya. Itu adalah belief system, di sebagian orang yang lain hal itu bisa jadi dianggap salah

Dalam kamus bahasa umum, akhirnya belief system ini digeneralisasi sebagai POLA PIKIR & KEYAKINAN

Sekarang bagaimana terbentuknya belief system ?
Belief system tercipta dari semua peristiwa masa lalu mulai kita lahir sampai sekarang, pengaruh lingkungan yang kuat akan menciptakan belief system dalam pikiran kita. Ketika anda menyebut “OTE-OTE” di Surabaya sedang di Malang disebut “WEICI” Di Yogyakarta disebut “BAKWAN” dan mungkin nama lain di kota lain. Itu pasti ada sejarahnya yang melatarbelakangi nama-nama itu yang akhirnya menjadi sebuah belief.

Untuk itu, jika ingin tahu semua perilaku kita, kenapa kita begini, kenapa kita begitu dan sererusnya. Kembalilah mengevaluasi belief system kita, apa yang sudah kita alami di masa lalu sehingga menyebabkan kita “PERCAYA” akan hal itu.

Seseorang yang hari ini takut bahkan phobia dengan Pocong, itu pasti karena ada stimulus di masa lalu yang menyebabkan ia meyakini bahwa “Pocong” bisa mencekiknya, membunuhnya, dll.

Seseorang yang hari ini takut dengan ulat bulu pasti dulu ada stimulus yg membuat dia percaya bahwa ulat bulu lebih berbahaya dari harimau.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa :
Manusia terlahir dalam keadaan bersih, belum memiliki belief apapun. Setelah dia lahir melalui panca indera ia menerima informasi dari kedua orang tua dan lingkungannya. Dan itulah proses awal pengisian atau install belief yang ada pada manusia.

Belief system pada manusia tercipta dari interaksi dirinya dengan lingkungan, mulai di lingkungan keluarga, sekolah, teman, komunitas, dll. Untuk itu berhati-hatilah, semua interaksi yang anda lakukan dalam hidup berpotensi menciptakan belief system. Siapa Anda akan tercermin dari apa yang ada di kepala anda, dan apa yang ada di kepala anda akan tercermin dengan siapa selama ini anda berinteraksi, bersosialisasi dan berasosiasi.

Apa yang telah di install akan menjadi “Life Script”, patokan hidup yang dijalaninya. Untuk itu, manusia akan hidup seiring dengan belief system yang dianutnya, diyakininya. Itu akan menjadi standar bagi dirinya dalam menjalani hidup.

Nah, sekarang mari kita lihat pada diri kita sendiri..apa saja standar-standar kebenaran yang ada di kepala kita yang menjadi pegangan hidup ketika kita melangkah. Jika isi kepala kita hal-hal negatif dan melemahkan, jangan salahkan jika hidup anda penuh hal-hal yang negatif dan lemah. Jika isi kepala kita berisi hal-hal yang positif dan optimis, maka hidup kita akan senantiasa semangat dan positif. Cek kembali standar-standar itu dalam kepala kita, bagaimana belief kita tentang Tuhan, tentang keluarga, tentang kebahagiaan, tentang cinta, tentang pekerjaan, dll. Karena itu semua yang akan menciptakan “MAKNA” dalam hidup anda ketika menjalaninya. Istilah dalam NLP disebut MAP atau PETA PIKIRAN. Kemampuan manusia dalam merespon hidup dia tergantung peta pikiran yang dimilikinya.

Seiring waktu manusia bisa saja melakukan perubahan pada belief nya, apabila ada input yang kuat masuk pada dirinya dan dirinya mengijinkan hal itu, dalam arti ada kebutuhan dalam dirinya untuk berubah. Perubahan yang terjadi ada 3 macam:

* Menguatkan belief yang sudah ada
* Melemahkan belief yang sudah ada
* Mengganti belief yang ada

Semua itu, tergantung kemana tujuan perubahan akan dilakukan, semua kembali ke kebutuhan dulu. Itulah mengapa sering kali saya katakan di dalam forum-forum pelatihan bahwa perubahan itu 80% tergantung dirinya sendiri. Karena sangat tergantung dari “NEED”.

Diskusi Pertanyaan
Di psikology sosial. Belief sistem atau keyakinan bisa juga dibahas dari hasil internalisasi baik dari lingkungan sosial dan pola pikir individu. Sehingga menyebabkan adanya indentitas sosial. Pertanyaan saya adakah hubungan belief sistem dengan sikap ekslusifitas ?

> Teori psikologi sosial yang ibu sampaikan tidak salah.
Interaksi sosial memang pembentuk belief system sosial dalam hal ini meliputi semua (dalam keluarga maupun diluar keluarga). Nah, mengenai pola pikir ini yang perlu kita kaji pemahamannya yang dimaksud pola pikir ini apa ?
Karena tinjauan pembahasan saya mendasarkan pada pemahaman NLP, maka pola pikir ini saya sebut MAP. Pola pikir adalah bagaimana Map merespon stimulus yang ditangkap panca indera, istilah NLP nya VAKOG. Jadi pola pikir itu sendiri adalah produk dari belief system, bukan pencipta belief system.
Pada dasarnya manusia akan merespon stimulus dan peta pikirannya akan membuat kesimpulan:
– belajar dan berubah
– menolak informasi baru yang diterima
Pada saat memutuskan, itulah yang disebut manusia dalam KEBIMBANGAN, tapi pada akhirnya tetap harus memutuskan terima atau tolak. Terima akan jadi belief baru, tolak akan tetap pada belief lama. Sikap ekslusifisme itu adalah standar belief yang dia ciptakan pasti sangat berhubungan. Sikap eksklusif ini dikaitkan dengan sesuatu yang ada pada dirinya sama hal nya dengan orang merokok, apa sesungguhnya yang dicari dari merokok pasti dikaitkan dengan sebuah belief yang ada pada dirinya.

Belief System ada yg positif dan negatif. Untuk Belief System yang negatif apakah bisa diperbaiki (dirubah)

Belief sistem itu tidak ada yang benar atau salah secara mutlak. Yang ada adalah belief sistem yang bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk tujuan kita. Kalo seperti itu, lalu apa yang bisa kita jadikan standar bahwa belief sistem kita benar atau salah ?

> Belief system itu selalu benar “menurut yang punya”…
Jadi belief system itu tidak ada yang positif atau negatif, karena positif atau negatif itu ada karena sudah dinilai orang lain, dibandingkan dengan belief system dirinya. Lebih jelas baca buku saya “Menyibak Rahasia Dunia Kecil Dalam Pikiran”, dijelaskan gamblang disitu tentang positif-negatif.
Jadi belief system itu lebih pada bermanfaat atau tidak, bukan positif atau negatif, benar atau salah…
Belief system yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan tujuan hidup atau goal kesuksesan disebut dengan Mental Block. Jadi keyakinan yang menyiksa dan tidak membuat pikiran kita tenang itulah mental block kita. Belief system ini yang harus kita ubah (cara mengubah belief system). Semua belief system adalah standar kebenaran yang kita yakini benar seharusnya mendukung kesuksesan sesuai tujuan hidup. Jadi kalo ingin belief system anda benar-benar sudah “benar”, tujuan hidupnya yang dibetulin, karena belief system akan menyelaraskan dengan tujuan hidup kita di dunia & akhirat.

Apa untuk mengubah belief system tergantung juga kepada siapa kita berbicara (tingkat ke’ego’annya) &/ tingkat pendidikannya ? Karena beberapa kali kita temui. Ada orang yang merasa apa yang dia percayai itu benar namun menurut kebanyakan org salah, tapi ketika diberitahu orang tersebut tidak mau mendengarkan pendapat orang lain (merasa benar sendiri). Jadi apa faktor tingkat pendidikan ikut berpengaruh terhadap pola pikir seseorang / krn rasa ‘ego’nya yag lebih berperan ?. Trus apa yang harus kita lakukan, tetap diberitahu/ dibiarkan saja

> Cara mengubah belief system

Sering kita menemui orang yang dengan tidak terang-terangan mempunyai sifat iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Apa yang dipake, diperbuat, dimasak, yang menyangkut orang lain menurut orang ini salah. Dan sering mengunggul kan apa yang dimilikinya. Apa sifat spt ini adalah pembawaan orok dan tidak bisa diperbaiki pak?

> Orang iri, dengki, selalu menyalahkan..dll…
Itu bukan bawaan orok bu. Jika semua perbuatan buruk itu bawaan orok, kasihan orang tua akan menjadi kambing hitam. “Aku jahat karena keturunan orang tua”. Tidak semua orang lahir suci, semua punya pilihan. Kalo ternyata ada anak pencuri jadi pencuri itu bukan karena keturunan, tapi karena ia terinstall belief dari orang tuanya. Sama halnya dengan kita, jujur saja banyak orang beragama bukan karena paham ajarannya, tapi karena orang tuanya beragama itu. Nah, kalo ada orang yang selalu menyalahkan itu adalah proses dimana ia telah menilai perilaku orang lain dan membandingkan perilaku tersebut dengan belief system dia, sehingga ketika ia melihat itu berbeda, ia anggap itu salah.
Banyak kan kita temui dalam kehidupan sehari-hari “yang berbeda dengan dia dianggap salah”jadinya kurang menghargai perbedaan standar kebenaran dalam dirinya terlalu tinggi. Nah yang jadi masalah adalah kalo kita merespon itu kita ikut jadi sebel, tersinggung, marah, dll. Jika kita merespon seperti itu maka sesungguhnya kelas kita masih sama dengan dia, frekuensi kita sama, sikap kita dikendalikan oleh perbuatan dia, jadinya kita ya sekelas ☺