Scrum Yuk Kenal Lebih Dekat Dengan Metode Scrum

Laju perkembangan digital yang semakin cepat saat ini menuntut adanya perkembangan metode manajemen proyek yang lebih efektif. Pada awal tahun 2000-an muncul salah satu metode manajemen proyek yang menjawab kekurangan dari metode Waterfall yang sudah biasa digunakan, yaitu Metode Agile. Sejak kemunculannya, metode ini menarik perhatian bagi kalangan Project Manager dan pemimpin bisnis khususnya di bidang TI. Metode ini sendiri dikembangkan oleh sekelompok pengembang perangkat lunak di Utah, Amerika Serikat pada tahun 2000. Mereka mengembangkan metode yang dirasa lebih relevan dengan perkembangan proyek TI dan berdasarkan pengalaman yang mereka alami selama mengerjakan proyek TI dengan metode Waterfall. Metode Agile sendiri memiliki beberapa tools atau kerangka kerja yang dapat digunakan, diantaranya Scrum, Kanban, Extreme Programming XP, Lean, Dynamic System Development, dan lain sebagainya. Berdasarkan Agile survey, metode Agile yang paling banyak digunakan adalah Scrum.

Di Indonesia sendiri, banyak industri start-up maupun perusahaan TI yang menggunakan metode Scrum dalam pengembangan aplikasi mereka karena dirasa efektif dan cukup mudah untuk diterapkan. Secara definisi, berdasarkan Scrum Guide, Scrum merupakan sebuah framework yang dapat digunakan untuk mengakomodir problem yang kompleks dan adaptif dengan menghasilkan produk yang memiliki value tinggi secara produktif dan kreatif. Scrum merupakan metode yang ringan, mudah dimengerti namun cukup sulit untuk dikuasai. Scrum bukanlah sebuah metode yang kaku melainkan sebuah kerangka kerja yang dalam implementasinya dapat menggunakan berbagai tools maupun teknik.

Tiga pilar Scrum yang digunakan dalam penerapannya adalah transparency, inspection dan adaptation.

1. Pilar transparency dapat diartikan bahwa aspek-aspek pada proses pelaksanaan harus dapat dilihat dan dinilai secara jelas oleh semua pihak yang terdampak.
2. Pilar inspection menunjukkan bahwa pengguna Scrum harus sering melakukan inspeksi terhadap result Scrum dan perkembangannya menuju goal agar mereka dapat mendeteksi adanya variasi hasil yang tidak diharapkan.
3. Pilar adaptation berarti bahwa jika ditemukan ada satu hal atau lebih dari proses yang menyimpang di luar ambang batas yang bisa diterima dan dapat menyebabkan produk tidak bisa diterima, maka proses atau materi yang sedang diproses harus dapat diubah atau diperbaiki dengan mudah.

Selain tiga pilar utama, Scrum juga memiliki values yang merupakan nilai-nilai yang menentukan keberhasilan implementasi Scrum untuk menghasilkan produk bernilai tinggi. Scrum Values tersebut adalah:

1. Commitment; seluruh tim yang terlibat harus memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan dari Scrum Team.
2. Courage; seluruh tim yang terlibat harus memiliki keberanian untuk melakukan tindakan terbaik dan siap menghadapi kesulitan yang ada selama mencapai tujuan.
3. Focus; seluruh tim harus fokus pada pekerjaan di dalam setiap fase Scrum untuk mencapai tujuan.
4. Openness; seluruh tim dan pihak yang mendukung harus saling terbuka terhadap semua hasil maupun proses pekerjaan, serta siap menerima tantangan dalam melakukan pekerjaan.
5. Respect; seluruh tim harus saling respek dan menghormati satu sama lain dan menyadari bahwa masing-masing orang memiliki kemampuan serta kemandirian.

Berikut merupakan Scrum Framework yang menunjukkan roles yang terlibat, events atau fase yang dijalankan serta artifacts atau luaran yang dihasilkan:

Tim yang terlibat pada proses Scrum disebut sebagai Scrum Team. Tiga Roles yang ada pada Scrum Team terdiri dari Product Owner, Development Team, dan Scrum Master. Scrum Team bersifat self-organizing dan cross-functional, dimana mereka terdiri dari orang-orang dengan keahlian berbeda-beda dari masing-masing divisi atau bagian, dan mereka dapat menentukan teknik atau cara sendiri dalam mencapai tujuan Scrum tanpa ada intervensi dari pihak luar. Scrum Team bertanggungjawab dalam menghasilkan produk secara iteratif sesuai yang telah disepakati dan dapat melakukan pengembangan pada setiap kesempatan. Berikut merupakan tugas dan tanggungjawab masing-masing Scrum Team:

1. Product Owner (PO) adalah orang yang bertanggungjawab untuk memaksimalkan nilai bisnis dari produk yang dihasilkan oleh Development Team. PO berjumlah satu orang dan bertanggungjawab untuk membuat prioritas product backlog yang akan dikerjakan serta memastikan Development Team memahami product backlog tersebut.
2. Development Team terdiri dari para ahli profesi yang bekerja untuk menghasilkan Increment atau produk “Selesai” yang berpotensi untuk dirilis di setiap akhir Sprint. Mereka bersifat swakelola dalam menentukan cara kerja untuk mencapai tujuan dan masing-masing dari mereka memiliki keahlian pada bidangnya masing-masing.
3. Scrum Master adalah pemimpin yang melayani Scrum Team. Scrum Master membantu orang-orang di luar Scrum Team untuk dapat memahami interaksi mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat dan bertugas memastikan bahwa seluruh tim memahami Scrum Values dan mengimplementasikan dengan baik.

Events atau fase yang dijalankan pada Scrum terdiri dari Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum, Sprint Review, serta Sprint Retrospective.

1. Sprint merupakan inti dari Scrum, yakni satu fase waktu (time-box) dalam satu bulan atau kurang untuk menghasilkan satu produk yang dinyatakan selesai dan terdapat di dalamnya sprint planning, daily scrum, sprint review dan sprint retrospective. Dalam pelaksanaannya, Product Owner dapat melakukan pembatalan Sprint dengan alasan tertentu, misalnya ada perubahan regulasi atau kondisi tertentu.
2. Sprint Planning adalah aktivitas perencanaan untuk menjalankan sprint dan menentukan daftar produk yang akan dihasilkan. Perencanaan ini dibuat oleh kerja kolaboratif dari seluruh Development Team. Perencanaan Sprint memiliki batasan waktu maksimum delapan jam untuk Sprint satu bulan. Scrum Master harus memastikan bahwa acara tersebut berlangsung dan peserta memahami tujuannya.
3. Daily Scrum adalah aktivitas diskusi yang diadakan oleh Development Team setiap hari selama Sprint dan berdurasi 15 menit. Aktivitas ini bertujuan untuk mengoptimalkan kolaborasi dan performa dengan melakukan inspeksi pekerjaan 24 jam sebelumnya dan membuat rencana pekerjaan selama 24 jam ke depan.
4. Sprint Review adalah aktivitas yang diadakan di akhir Sprint untuk memeriksa increment atau hasil dan menyesuaikan Product Backlog jika diperlukan. Selama Sprint Review, Scrum Team dan pemangku kepentingan berkolaborasi tentang apa yang telah dilakukan di Sprint. Berdasarkan hal itu dan setiap perubahan pada Product Backlog selama Sprint, para peserta berkolaborasi untuk hal-hal selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan nilai. Sprint Review dilakukan maksimal empat jam untuk Sprint satu bulan.
5. Sprint Retrospective merupakan kesempatan bagi Scrum Team untuk memeriksa dirinya sendiri dan membuat rencana perbaikan yang akan diberlakukan selama Sprint berikutnya. Sprint Retrospective dilakukan setelah Sprint Review dan sebelum Sprint Planning berikutnya. Aktivitas ini dilakukan maksimal tiga jam untuk Sprint satu bulan.

Artifacts atau luaran yang dihasilkan pada setiap proses Scrum adalah sebagai berikut:

1. Product Backlog, yakni daftar dari seluruh fitur, fungsi, dan kebutuhan dari produk yang ingin dihasilkan. Product Backlog dapat dimodifikasi sebagai bentuk peningkatan pada sprint selanjutnya. Product Owner bertanggungjawab atas penentuan prioritas Product Backlog ini.
2. Sprint Backlog, yakni daftar Product Backlog item yang terpilih untuk satu Sprint ditambah dengan perencanaan untuk menghasilkan produk tersebut dan mencapai Sprint Goal.
3. Increment, yakni jumlah dari Product Backlog item yang diselesaikan dalam satu Sprint dan total nilai dari increment pada semua Sprint sebelumnya.

Saat ini, metode Scrum sudah banyak digunakan dalam pengimplementasian software, hardware, networks, bahkan juga sistem pendidikan dan pemerintahan. Sebagaimana diketahui bahwa teknologi dan pasar yang sangat cepat berkembang juga menuntut adanya metode yang mendukung implementasi secara tepat dan efektif. Tidak menutup kemungkinan, bahwa ke depan akan semakin banyak metode dalam manajemen proyek yang dapat dipilih sebagai alternatif untuk menyesuaikan kondisi dan kebutuhan organisasi.

Reference:

The Scrum Guide, The Definitive Guide to Scrum: The Rules of the Game. Developed and sustained by Scrum creators: Ken Schwaber and Jeff Sutherland

/resources/what-is-scrum
/scrum-beginners-guide/
/articles/detail/yang-lagi-tren-di-startup-metode-scrum
-like.com/proses-framework-scrum/
/modern-management/top-5-faktor-kegagalan-implementasi-scrum-di-indonesia-19f11d26fd02

Penulis:
Naim Rohatun
Technical Consultant – Consulting and Advisory Services

Info lengkap, silahkan hubungi: