Sikap Suportif Komunikasi Interpersonal

Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia juga merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu. Karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal. Komunikasi yang efektif di tandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi lebih jauh. Jalaludin rahmat (1994) memberi cacatan bahwa terdapar tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, di anataranya sikap percaya, perilaku suportif, dan sikap terbuka. Dari tiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap komunikasi antarpribadi untuk membangun komunikasi yang efektif. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang sikap suportif, maka orang bersikap suportif, maka orang bersikap suportif bila seseorang dapat menyampaikan perasaan tanpa menilai dan cenderung mampu berkerjasama dalam mencari pemecahan masalah tanpa mendiktekan pemecahan masalah kepada orang lain. Seseorang yang mempu berkerjasama berarti dia mampu untuk berempati kepada orang lain, sehingga seseorang dapat memperlakukan orang lain tanpa membeda-bedakan. Seseorang yang suportif akan memperlakukan orang lain penuh rasa hormat dalam perbedaan pandangan. Memaklumi dan menganggap pendapat orang lain. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defenisif dalam komunikasi. Defenisif di ambil dari kata defensive yang artinya bertahan atau melindungi diri. Orang bersikap defensifbila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. ( Jalaluddin Rakhmat, 2012 : 132 ). Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya ) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain. Jack R. Gibb (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2013 : 132 ) mengemukakan enam tipe perilaku berlawanan yang memberikan kontribusi terhadap terbentuknya iklim komunikasi yang suportif dan defensif. Berbeda dengan iklim suportif, iklim defensif menyebabkan penurunan produktivitas. Kunic untuk membentuk iklim komunikasi menurut Beebe dan Masterson bahwa iklim komunikasi tidak hganya bergantung pada apa yang dikomunikasikan, namun lebih pada bagaimana cara mengkomunikasikannya. Berikut keenam perilaku berlawanan ( defensif dan suportif ) menurut Jack Gibb : Perilaku defensif dan suportif dari Jack Gibb Iklim Defensif Iklim Suportif 1. Evaluasi 1. Deskripsi 2. Kontrol 2. Orientasi Masalah 3. Strategi 3. Spontanitas 4. Netralitas 4. Empati 5. Superioritas 5. Persamaan 6. Kepastian 6. Provisionalisme Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa makin sering orang menggunakan perilaku sebelah kiri ( Iklim Defensif ), makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif sebaliknya, komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif, ketika ketika orang menggunakan perilaku di sebelah kanan ( Iklim Suportif ). ( dalam Jalaluddin Rakhmat, 2012 : ) menjelaskan daftar tersebut secara terperinci : Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Dalam mengevaluasi, kita mempersoalkan nilai dan motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada evaluasi, anda umumnya menggunakan kata-kata sifat (salah, ngawur, bodoh). Pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kata kerja (anda tidak menyebutkan pencipta sonata musim semi; anda sering kali berpindah dari satu persoalan ke persoalan lain; anda tidak mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang ini) kita dapat melakukan evaluasi pada gagasan bukan pada pribadi (walaupun banyak orang merasa dirinya diserang, ketika gagasannya dipersoalkan). Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu yang patut dihargai). 2. Kontrol dan Orientasi Masalah Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat, dan tindakannya. Melakukan control juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Itu berarti kita tidak menerimanya. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Oleh karena itu, kontrol orang lain akan kita tolak. Orientasi Masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah, anda tidak mendiktekan pemecahan. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya. 3. Strategi dan Spontanitas Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk memengaruhi orang lain. Anda menggunakan strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi; Anda berkomunikasi dengan “udang di balikbatu”. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif. Netralitas berarti sikap impersonal atau memperlakukan orang lain tidak sebagai personal, melainkan sebagai objek. Bersikap netral bukan berarti tidak objektif, melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain. Lawan netralitas ialah Empati atau memahami orang lain. Tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. 5. Superiorutas dan Persamaan Superioritas artinya sikap menunjukkan Anda lebih tinggi atau lebih baik daripada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan (Dalam istilah Islam, ini disebut takabur). Superioritas akan melahirkan sikap defensif. Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, Anda tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi Anda tidak vertikal. Anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, Anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan ( Dalam istilah Islam, ini disebut tawadlu’). 6. Kepastian dan Provisionalisme Dekat dengan superioritas adalah Kepastian (certainly). Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Provisionalisme, sebaliknya, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan; karena itu wajar juga kalau satu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah (“Provisional”, dalam bahasa inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap). ( Devito, 2011: 289 ) menjelaskan bawah bersikap provisional artinya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.Provisionalisme seperti itulah, bukan keyakinan yang tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung. Kita tidak menyukai orang yang “tahu segalanya” dan orang yang selalu mempunyai jawaban pasti untuk setiap pertanyaan.Orang seperti ini terpaku dengan caranya sendiri dan tidak menoleransi adanya perbedaan. Mereka siap dengan argument terhadap setiap kemungkinan sikap atau keyakinan yang berbeda.Segera saja, Anda akan bersikap defensive terhadap orang seperti ini, dan Anda akan berkeras dengan pendirian Anda sendiri. Tetapi Anda bersikap terbuka kepada orang yang mengambil posisi provisional dan maumengubah pendapat mereka bila memang itu perlu dilakukan.Dengan orang seperti itu Anda merasa setara. Bila Anda bersikap yakin tak tergoyahkan dan berpikiran tertutup, Anda mendorong perilaku defensive pada diri pendengar. Bila Anda bertindak secara provisional dengan pikiran terbuka, dengan kesadaran penuh bahwa Anda mungkin saja keliru, dan dengan kesediaan untuk mengubah sikap dampen dapat Anda, Anda mendorong sikap mendukung. Berdasarkan pembahasan yang di terapkan di atas dapat disimpulkan bahwa suportif memiliki peluang yang lebih besar untuk terciptanya efektivitas komunikasi. Baik dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal kita, di dalam lingkungan kerja, atau di lingkungan yang lebih luas lagi. Namun, tidak sedikit orang yang egonya terlampau tinggi, yang selalu merasa benar, sehingga rentan melahirkan konflik ketika berkomunikasi atau berhubungan dengan pihak lain.