Smartwatch Vs Jam Tangan Konvensional Mana Yang Anda Pilih

Perkembangan industri jam tangan nampaknya kini mulai mengalami peningkatan pesat seiring munculnya jam tangan pintar atau smartwatch. Dahulu, masyarakat mengenal jam tangan hanya sebagai penunjuk waktu, mulai dari detik, menit, jam, tanggal, bulan, dan tahun. Kini, jam tangan sudah berevolusi dengan menyediakan segudang fitur yang memanjakan aktivitas penggunanya. Jam tangan semacam ini telah hadir dalam bentuk smartwatch.

Hadirnya smartwatch tidak serta-merta mampu menggeser eksistensi jam tangan konvensional. Sebab, bagi sebagian pecinta jam tangan, jam tangan konvensional masih memiliki nilai tersendiri yang membuat mereka enggan beralih menggunakan smartwatch. Mereka berpendapat bahwa jam tangan bukan hanya sebagai alat penunjuk waktu, melainkan juga sebagai gaya hidup yang melengkapi penampilan mereka dalam melakukan rutinitas.

Namun, bagaimanakah pendapat kalian mengenai smartwatch dan jam tangan konvensional? Kali ini, TIK-TOK akan membahas mengenai perbedaan smartwatch dan jam tangan konvensional, mulai dari sejarah perkembangan hingga kelebihan dan kekurangan masing-masing jam tersebut. Mari ikuti ulasannya berikut ini!

Sejarah Perkembangan Jam Tangan Pintar (Smartwatch)
Jika Anda menyangka jam tangan pintar (smartwatch) baru berkembang beberapa tahun belakangan ini, Anda salah besar. Perjalanan smartwatch nyatanya bukanlah proses yang singkat. Jauh sebelum masuk ke abad 21, smartwatch atau yang juga disebut wearble gadget telah memulai perkembangannya tahun 1927 dalam bentuk Plus Four Wristlet Route Indicator, yaitu sebuah alat yang dikenakan di pergelangan tangan dan berfungsi sebagai penunjuk jalan.

Namun, penemuan movement quartz-lah yang sesungguhnya memberikan stimulan terciptanya smartwatch di kemudian hari. Tak lama setelah ditemukan movement quartz, munculah movement digital dengan layar Liquid Crystal Display (LCD). Melalui penggunaan layar ini, jam tangan mampu memberikan informasi waktu berupa tampilan angka-angka digital.

Perkembangan ini lantas memunculkan ide-ide baru untuk menampilkan informasi yang lebih menarik dan menghibur pada sebuah jam tangan. Salah satu ide tersebut ialah berupa jam tangan yang dapat menampilkan grafik televisi dengan layar hitam putih pada sebuah jam keluaran Seiko bernama Seiko TV Watch.

Kemudian, Seiko pun menciptakan pula jam tangan yang mampu menyimpan data yang diberi nama Seiko Data-2000. Pada masa itu, meskipun hanya mampu menyimpan data dua memo saja, namun jam tangan ini sudah terbilang fenomenal mengingat ini barulah sebuah rintisan.

Barulah pada tahun 1998, diciptakan sebuah jam tangan yang dapat dikatakan “benar-benar cerdas” oleh seorang bernama Steve Mann. Ia menciptakan jam tangan dengan sistem operasi Linux pertama di dunia. Berkat karyanya, Steve memperoleh julukan “Father of Wearable Computing“.Jam tangan ciptaan Steve ini kemudian memicu perkembangan jam tangan pintar lain.

Memasuki tahun 2000-an, perkembangan jam tangan pintar kian pesat. Pada tahun 2000, IBM meluncurkan prototype jam tangan yang didesain untuk dapat berkomunikasi secara nirkabel dengan komputer, ponsel, dan perangkat nirkabel lainnya, serta dapat menerima, membuat, dan mengirimkan email, serta menerima pesan pager.

Smartwatch yang beredar di pasaran saat ini merupakan bentuk yang paling sempurna dari semua jam tangan pintar yang pernah diciptakan sebelumnya. Menggunakan teknologi terkini dari sisi hardware, seperti display dan prosesor, dan dari sisi software melalui sistem operasi dan aplikasi, membuat wearable gadget ini semakin menakjubkan.

Salah satu fitur yang paling menjadi unggulan dalam smartwatch ialah fitur kebugaraan berupa fitness tracker. Anda dapat mengetahui detak jantung, kalori yang dibakar, jumlah langkah dalam sehari, hingga gerakan-gerakan olahraga. Selain itu, disematkan pula fitur GPS yang mampu menunjukkan lokasi Anda hingga sebagai alat bantu penunjuk jalan, persis seperti ponsel pintar yang kita miliki.

Sejarah Perkembangan Jam Tangan Konvensional
Tidak berbeda jauh dengan sejarah perkembangan jam tangan pintar, jam tangan konvensional pun mengalami evolusi hingga menjadi jam tangan yang kita lihat dan gunakan sekarang ini. Jika dirunut sejarahnya, cikal bakal jam tangan mulanya tercipta dalam bentuk “jam lengan”. Jam lengan ini sejatinya diciptakan oleh Robert Dudley yang kemudian memberikannya kepada Ratu Elizabeth I dari Inggris sebagai hadiah.

Pada mulanya jam tangan dikenakan oleh para wanita saja selayaknya aksesoris tangan berupa gelang. Namun, seiring waktu mulailah bermunculan jam tangan pria sebagai pengganti jam saku. Hal ini mengingat kepraktisannya untuk menunjang aktivitas kerja para pria, misalnya pada mereka yang bekerja sebagai tentara dan pilot.

Semenjak Perang Dunia I, dengan semakinmeningkatnya kebutuhan akan jam tangan di medan perang untuk melakukan koordinasi taktik dan strategi, serta banyak pria yang terjun menjadi tentara, popularitas jam tangan di kalangan pria pun semakin meningkat.

Barulah pada tahun 1923, John Harwood menciptakan sebuah jam tangan bermesin automatic winding pertama di dunia yang memudahkan pengguna. Dengan mesin automatic, penggunanya tidak perlu melakukan winding pada jam secara manual terus-menerus.

Pada tahun 1957, jam elektrik diproduksi dan diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Hamilton Watch Company (saat ini berada di bawah perusahaan Swatch Group), sebuah produsen jam asal Lancaster, Pennsylvania, Amerika Serikat. Namun, akurasi jam ini masih bergantung pada kumparan penyeimbang (balance wheel) yang mekanismenya masih tradisional layaknya jam mekanikal sehingga akurasinya masih kurang baik.

Meskipun begitu, jam elektrik ini disambut baik oleh masyarakat luas karena pengguna perlu lagi memutar jam untuk mengoperasikannya (pada jam tangan kuno, untuk mengoperasikannya diperlukan kunci putar untuk memutar jam agar tetap menyala). Jam akan berhenti beroperasi saat permukaan penghantar elektriknya (coil) berkarat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Hamilton hingga mekanisme jam diperbarui tahun 1961.

Di sisi lain, Bulova mengembangkan teknologi jam yang menggunakan mekanisme getaran tuning fork atau garpu tala (plat berbentuk “U”) untuk menjaga akurasi jam. Teknologi ini kemudian membawa Bulova pada kesuksesan produknya, yakni Accutron, yang pertama kali diperkenalkan dan dipasarkan pada tahun 1960 karena memiliki akurasi yang baik.

Pengembangan teknologi ini berkaitan pula dengan proyeknya bersama NASA untuk menciptakan alat penunjuk waktu dalam sebuah kendaraan antariksa pada peluncuran Mercury serta Apollo yang mendaratkan manusia pertama di bulan. Selain itu, Accutron juga menyelesaikan masalah penghantar elektrik melalui penciptaan sebuah alat transistor yang membuat jam dapat beroperasi lebih lama.

Perkembangan ini lantas menarik perhatian para produsen jam di Swiss. Mereka pun merasa terancam apabila nantinya digeser oleh Bulova sebagai produsen alat penunjuk waktu yang paling akurat. Para produsen jam tersebut kemudian berinisiatif membiayai penelitian di sebuah laboratorium bernama Center Electronique Horloger (CEH) — sekarang bernama Centre Suisse d’Electronique et Microtechnique (CESM).

Penelitian ini berfokus untuk menciptakan jam tangan dengan quartz sebagai medium pengatur akurasi jam. Sebelumnya, kristal quartz sudah digunakan pada jam berukuran besar, namun belum sekalipun diterapkan pada sebuah jam tangan. Barulah pada tahun 1967 CEH menciptakan prototype jam tangan quartz yang pertama, namun kemudian Seiko-lah yang memunculkan Quartz-Astron sebagai jam tangan quartz pertama yang dijual secara komersial.

Pada mulanya, penjualan jam tangan quartz pertama ini tidak berjalan mulus. Selain karena harganya yang dirasa mahal oleh masyarakat, desain permukaan belakang jam tangannya yang cembung membuat pemakainya merasa tidak nyaman sehingga jam tangan ini akhirnya ditarik dari pasar setelah diproduksi sekitar 100 buah. Kemudian seiring dengan meningkatnya produksi jam tangan quartz, ditambah dengan berbagai kelebihan movement quartz dibanding movement mekanikal, teknologi quartz semakin dikenal di dunia sejak tahun 1970-an. Hal ini menyebabkan makin banyak bermunculan produsen jam dari Jepang dan Amerika Serikat yang mengikuti langkah Seiko yaitu dengan memproduksi jam tangan quartz.

Pada masa itu, industri jam tangan Swiss terkesan enggan untuk mengikuti tren movement quartz sehingga mereka pun semakin tergerus oleh industri jam tangan quartz dan memunculkan suatu era yang disebut “quartz revolution” / “quartz crisis“. Namun, industri jam tangan Swiss kembali bangkit sejak akhir era 80 hingga akhir 90-an dengan munculnya Swatch serta naiknya popularitas jam mekanikal. Saat ini, meski jam tangan quartz tetap mendominasi populasi jam tangan yang beredar, geliat jam tangan mekanikal tetap terasa terutama pada segmen-segmen eksklusif.

Perbandingan Smartwatch dan Jam Tangan Konvensional: Kelebihan dan Kekurangannya
1. Kelebihan Smartwatch
Pada dasarnya, smartwatch hadir meramaikan industri jam tangan di dunia sebagai akibat dari perkembangan teknologi wearable gadget. Ide pokoknya ialah menambahkan fitur pada sebuah jam tangan yang bermanfaat bagi pengguna dalam menunjang aktivitas kesehariannya. Fitur-fitur yang lazimnya tersemat dalam ponsel pintar diaplikasikan pada sebuah jam tangan. Fitur-fitur inilah yang menjadi kelebihan smartwatch jika dibanding jam tangan konvensioanl, yaitu di antaranya:

* Fitur Kebugaran (Fitness Tracker): Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melacak aktivitas olahraga maupun kegiatannya sepanjang hari. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengetahui detak jantung, jumlah langkah, berapa banyak kalori yang terbakar, hingga berbagai gerakan olahraga yang dapat diikuti.
* Menerima dan Mengirim Pesan: Pada banyak smartwatch telah disematkan fitur message yang dapat berupa menerima dan mengirim SMS, email, hingga WhatsApp. Fitur ini jelas sangat familiar pada sebuah ponsel pintar, namun kini telah dimiliki oleh sebuah jam tangan.
* Global Positioning System (GPS): Hadirnya GPS sangat bermanfaat, khususnya bagi pengguna yang aktif berkendara di jalan. Selama ini fungsi GPS umumnya hanya diperoleh orang melalui ponsel pintarnya, namun hanya dengan melihat jam tangannya ia mampu menuju lokasi yang diinginkan.
* Melakukan Panggilan dan Menerima Telepon: Fitur ini sudah terdapat pada beberapa smartwatch produksi vendor-vendor ternama, semisal Samsung dan Apple. Layaknya power ranger, pengguna kini dapat melakukan panggilan dan menerima telepon menggunakan jam tangannya.
* Fitur-Fitur Lainnya: Sesungguhnya masih banyak fitur-fitur lainnya yang umumnya merupakan penerapan fitur yang terdapat pada sebuah ponsel pintar, seperti games, kamera, video, bluetooth, pemutar musik, dan lain-lain.

2. Kekurangan Smartwatch
Banyaknya fitur yang tersemat pada sebuah smartwatch tidak lantas menunjukkan bahwa jam tangan pintar ini tidak memiliki kekurangan. Justru dengana hadirnya fitur-fitur tersebut, dibutuhkan pula teknologi untuk menunjangnya agar dapat beroperasi.

Teknologi itu menyangkut sumber energi untuk mengoperasikan sistem dalam sebuah smarwatch. Jika jam tangan konvensional hanya membutuhkan baterai (pada jam tangan quartz) dan bahkan tidak butuh energi listrik sama sekali (pada jam tangan mekanikal), namun smartwatch sangat bergantung pada energi listrik.

Smartwatch menggantungkan kebutuhan energinya pada baterai yang diisi oleh listrik dengan cara recharge sebagaimana pada ponsel pintar dan perangkat elektronik semacamnya.Umumnya baterai smartwatch hanya mampu bertahan dalam waktu beberapa hari saja sampai di-charge kembali.

Bagi sebagian orang, hal ini jelas dapat mengganggu aktivitas tatkala ia membutuhkan jam tangan yang dapat beroperasi dalam waktu lama. Apalagi jika kondisi pengguna berada jauh dari sumber listrik. Praktis, jika tidak diisi kembalinya dayanya smartwatch tersebut tidak dapat digunakan.

Selain urusan sumber tenaga, kekurangan smartwatch juga terdapat pada minimnya varian yang ditawarkan di pasaran — jika dibandingkan jam tangan konvensional. Memang bukan hal yang mengherankan karena smarwatch yang beredar pun masih terus mengalami pembaruan model sehingga belum sebanyak yang ditawarkan oleh produsen-produsen jam tangan konvensional.

Hal terakhir yang menjadi kekurangan smartwatch ialah bahwa jam tangan jenis ini tidak dapat dikatakan sebagai aksesoris mewah sebagaimana citra yang melekat pada luxury watch jam tangan konvensional. Sebaik apapun fitur yang dimiliki smartwatch saat ini tidak mampu menggantikan gengsi yang dimiliki oleh jam tangan-jam tangan branded, semisal Rolex dan Patek Philippe.

Oleh karena itu, smartwatch tidak cocok dijadikan sebagai aksesoris mewah untuk menghadiri pesta ataupun pertemuan penting, misalnya. Dengan demikian, smartwatch tidak bisa menjadi barang investasi sebagaimana jam tangan konvensional berlabel luxury watch.

Dengan demikian, kita dapat merangkum kekurangan smartwatch di atas sebagai berikut.

* Tidak Praktis karena Membutuhkan Arus Listrik untuk Mengisi Daya Baterai
* Baterai Cepat Habis
* Model dan Varian Masih Sedikit
* Tidak Cocok Menjadi Aksesoris Mewah Sebagaimana Luxury Watch
* Tidak Bisa Dijadikan Barang Investasi

1. Kelebihan Jam Tangan Konvensional
Jam tangan konvensional jelas memiliki sejarah yang lebih panjang dari jam tangan pintar. Oleh karena itu, jam tangan konvensional lebih mendapat tempat di hati para pecinta maupun kolektor jam tangan. Dengan beragamnya model dan varian yang berkembang sampai saat ini, jam tangan konvensional pun selalu diburu oleh masyarakat. Bahkan, hadirnya smartwatch tetap tidak mampu menggeser popularitas jam tangan konvensional karena jam tangan jenis ini memiliki pangsa pasar yang loyal dan eksklusif.

Adapun, beberapa poin yang menjadi kelebihan jam tangan konvensional ialah sebagai berikut.

* Memiliki Nilai Sentimental (Sentimental Value): Sebagaimana sejarahnya yang panjang, jam tangan konvensional pun dianggap lebih istimewa di hati para penggunanya. Sebab, seperti pernah kami bahas bahwa jam tangan bukan semata digunakan untuk melihat waktu, melainkan juga sebagai aksesoris yang memberi makna dalam hidup seseorang. Jam tangan yang mengandung sentimental value ini cenderung dimiliki oleh jam tangan konvensional bukan smartwatch. Bukan berarti smartwatch tidak mungkin mengandung sentimental value, namun jam tangan konvensional dirasa lebih cocok sebagai barang istimewa karena sifatnya yang tradisional.
* Dapat Dijadikan Barang Investasi: Bukan rahasia lagi bahwa sebagian orang membeli jam tangan, khususnya jam tangan mewah, sebagai investasi jangka panjang. Investasi pada jam tangan ini berlaku pada jam tangan branded atau luxury watch yang harganya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian, jam tangan tersebut bukan hanya dapat digunakan oleh pemiliknya, melainkan juga dapat memberikan keuntungan di kemudian hari.
* Cocok Digunakan Sebagai Aksesoris Mewah: Jam tangan jenis ini pada khususnya ditujukan untuk luxury watch. Kehidupan masyarakat menengah ke atas cenderung dihiasi dengan barang-barang branded. Untuk menghadiri sebuah pesta atau pertemuan penting, umumnya mereka mengenakan barang-barang mahal yang akan memberikan kesan mewah sehingga dapat menjaga gengsinya. Jam tangan dengan merek-merek ternama semacam Rolex dan Patek merupakan hal yang wajib mereka kenakan. Untuk hal seperti ini jelas tidak dapat digantikan oleh smartwatch.
* Harga Lebih Variatif: Untuk urusan harga, jam tangan konvensional dirasa lebih variatif jika dibanding smartwatch. Dalam hal ini, pengguna jam tangan konvensional bisa lebih luas cakupannya karena harganya bisa dimulai dari puluhan ribu dan yang termahal bisa sampai miliaran. Dengan demikian, jam tangan konvensional lebih banyak penggunanya di seluruh dunia dibanding smartwatch.
* Model dan Desain Lebih Variatif: Selain harga, model dan desain jam tangan konvensional juga lebih variatif dibanding smartwatch. Hal ini karena jumlah produsen jam tangan konvensional lebih banyak. Selain itu para produsen jam ini juga telah berpengalaman melalui proses perkembangan dan pembaruan produk sehingga mereka telah menghasilkan berbagai model dan desain jam tangan. Dengan demikian, pilihan model dan desain jam tangan konvensional yang beredar di pasar pun jauh lebih variatif jika dibanding smartwatch.
* Praktis dan Efisien: Jam tangan konvensional, khususnya movement quartz, cenderung praktis dan efisien dalam penggunaannya. Berbeda dengan smartwatch yang butuh diisi ulang beberapa hari sekali serta cepat habis baterainya, baterai jam tangan quartz hanya butuh diganti beberapa bulan atau beberapa tahun sekali sehingga lebih praktis dan efisien dalam penggunaan energi. Di samping itu, jam tangan konvensional jenis mekanikal pun bahkan tidak membutuhkan daya listrik sama sekali. Jam mekanik hanya bergantung pada daya mekanis yang dihasilkan oleh mesin jam itu sendiri, baik dengan mekanisme manual maupun otomatis.
* Bersifat Eksklusif: Pada beberapa jam tangan konvensional, khususnya yang berpenggerak mekanikal, mesin jamnya sangat unik. Roda-roda gir yang menjadi penggerak penunjuk waktu pada jam bergerak bergitu artistik dalam mesin jam. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi jam tangan konvensional berjenis mekanikal ini yang tentu saja tidak dimiliki oleh smartwatch.

2. Kekurangan Jam Tangan Konvensional
Kekurangan jam tangan konvensional lebih disebabkan oleh fitur yang tidak dimilikinya jika dibanding smartwatch. Sebab, pada dasarnya sebuah jam tangan diciptakan untuk menunjukkan waktu. Selain daripada itu, jam tangan konvensional tidak memiliki kekurangan mendasar. Namun, kekurangan yang disampaikan di bawah ini lebih disebabkan oleh perbandingannya pada smartwatch. Berikut kekurangan jam tangan konvensional dibanding smartwatch.

* Fitur terbatas: Jika dibandingkan smartwatch, fitur yang dimiliki jam tangan konvensional sangat terbatas. Fitur tambahan yang umumnya disematkan pada jam tangan konvensional hanyalah seputar kalender, stopwatch, chronograph, dan sebagainya. Hal seperti ini sangat mendasar dan tidak memberikan perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingkan yang ditawarkan oleh smartwatch.
* Terkesan Tradisional: Hadirnya smartwatch juga membuat jam tangan konvensional terkesan ketinggalan zaman atau tradisional. Alat yang utamanya berfungsi sebagai penunjuk waktu ini dirasa membosankan oleh sebagian orang karena tidak dapat memberikan hiburan sebagaimana yang ditawarkan oleh smartwatch dengan menghadirkan pemutar musik, fitness tracker, GPS, dan lain-lain.
* Kurang menarik: Jika dinilai dari sudut pandang masyarakat modern, jam tangan konvensional dirasa kurang menarik. Pada masa kini, waktu dapat dengan mudah dilihat atau diketahui melalui gadget sehingga kebutuhan untuk memiliki jam tangan konvensional tidak lagi penting. Dengan demikian, tanpa menggunakan jam tangan pun orang-orang dapat dengan mudah mengetahui waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan alasan lebih apabila seseorang hendak membeli jam, apakah untuk dijadikan hadiah, suka dengan modelnya, ataupun sebagai aksesoris pergelangan tangan. Berbeda jika seseorang hendak membeli smartwatch, ia akan cenderung memiliki banyak alasan, bisa jadi karena ingin memantau aktivitas olahraganya, menggunakan fitur-fitur canggihnya seperti GPS, kamera, pemutar musik, dan lain-lain.
* Harga Bisa Sangat Mahal: Untuk jam-jam tertentu, apalagi yang berlabel luxury watch, jam tangan konvensional memiliki harga yang sangat tinggi. Jam-jam dengan merek Rolex dan Patek Philippe, misalnya, bisa dibanderol ratusan hingga miliaran Rupiah.

Demikianlah ulasan mengenai perbandingan smartwatch dan jam tangan konvensional. Masing-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Penting bagi Anda untuk mengetahui hal-hal di atas saat hendak membeli salah satu atau kedua jenis jam tangan tersebut. Pastikan Anda memilih berdasarkan kebutuhan, bukan semata mempertimbangkan gengsinya!