STRATEGI TRADING MENGGUNAKAN MOVING AVERANGE
Home » » STRATEGI TRADING MENGGUNAKAN MOVING AVERANGEMoving Average Moving Average merupakan salah satu tools analisa dengan metode teknikal yang paling populer digunakan oleh trader di seluruh dunia. Secara umum, Moving Average merupakan teknik yang dapat Anda gunakan dalam trading untuk memperhalus perubahan harga dalam kurun waktu tertentu. Dengan teknik ini, proses transaksi jual beli mata uang yang Anda lakukan akan lebih mudah dan lancar. Hal penting yang perlu Anda ketahui adalah indikator teknikal bukanlah alat yang bisa “meramal masa depan” dan selalu benar. Sebaliknya, indikator teknikal berfungsi sebagai alat bantu untuk mengenali potensi pergerakan harga. Apa Itu Moving Average? Moving Average adalah garis yang didapat dari perhitungan harga sebelum hari ini, yang menghitung pergerakan harga rata-rata dari suatu pasar dalam rentang waktu tertentu. Misalnya dalam rentang : 1. 5 hari (1 minggu), 2. 20 hari (1 bulan), 3. 60 hari (3 bulan), 4. Maupun 120 hari (6 bulan). Jadi, dapat dikatakan Moving Average 60 berarti pergerakan harga 3 bulan ke belakang. Moving Average adalah cara yang baik untuk mengukur momentum serta untuk mengkonfirmasi tren dan menentukan area support dan resistance Istilahnya adalah support dan resistance dinamis (dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia bergerak sesuai dengan pergerakan harga. 1. Pada saat uptrend, MA berfungsi sebagai support. 2. Sebaliknya pada saat downtrend, MA berfungsi sebagai resistance. Indikator ini “memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda dapat dengan mudah mengenali trend atau arah pergerakan harga secara umum. Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close), namun ada beberapa metode yang menggunakan harga open, high, atau low. Garis berwarna merah yang terlihat pada grafik merupakan salah satu contoh indikator Moving Average yang memiliki periode 50 (MA 50). Artinya, indikator tersebut mengambil data harga dari 50 candlestick terakhir, kemudian menggambarkannya sebagai garis yang Anda lihat itu. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar diatas bahwa, MA (Moving Average) bisa memperlihatkan trend yang sedang berlangsung. Jika harga pada umumnya berada di bawah MA, maka trend saat itu adalah downtrend. Sebaliknya, jika harga secara umum bergerak di atas MA maka trend saat itu adalah uptrend. Trend yang sedang terjadi pada gambar di atas untuk pair AUD/USD pada grafik 1 jam-an (hourly) adalah turun (downtrend). Semakin curam kemiringan MA, maka itu pertanda bahwa trend yang terjadi semakin kuat. Dengan demikian, Anda bisa lebih mudah memperkirakan potensi arah pergerakan selanjutnya. Simple Moving Average (SMA) Simple Moving Average (SMA) menjadi salah satu indikator Moving Average paling sederhana yang banyak digunakan oleh para trader dalam tradingnya. Meskipun sederhana, SMA memiliki kemampuan yang baik jika disertai dengan penggunaan yang tepat karena dapat menuntun Anda untuk mengenali pergerakan harga dengan baik. Lalu, bagaimana cara perhitungan yang tepat dengan menggunakan indikator ini? Coba Anda perhatikan ilustrasi di bawah ini! Jika Anda menggunakan SMA 50 di grafik 1 jam an, maka… SMA 50 yang Anda lihat adalah hasil dari penjumlahan 50 harga penutupan terakhir dan kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan 50. Dengan demikian, Anda memiliki harga penutupan ratarata selama 50 jam terakhir. Rumus ini sama dengan cara perhitungan Moving Average pada umumnya. – Cukup mudah bukan? Tidak perlu khawatir untuk menghitung SMA dengan baik dan benar, karena platform trading yang Anda gunakan biasanya sudah menyediakan alat ini. Dengan adanya perhitungan simpel ini, setidaknya Anda mendapatkan gambaran dan memiliki dasar yang kuat jika Anda ingin memodifikasi Simple Moving Average ini sesuai dengan strategi yang dimiliki. Adapun hal penting lainnya yang perlu Anda ketahui lagi adalah Moving Average memperhalus pergerakan harga. Semakin besar periode yang digunakan maka semakin bagus pula Moving Average yang dihasilkan. Semakin bagus Moving Average yang dihasilkan maka reaksi terhadap pergerakan harga pun semakin lama. Untuk penjelasan lengkap, mari kita lihat perbandingan antara SMA 20 dengan SMA 50 pada gambar di bawah ini! Pada gambar diatas Anda dapat melihat SMA 20 dengan warna biru memiliki garis yang lebih banyak dibandingkan dengan SMA 50 berwarna merah. – Apa maksud dari garis tersebut? SMA 20 memiliki periode lebih pendek dan lebih cepat bereaksi terhadap pergerakan harga dibandingkan dengan SMA 50 yang cenderung lebih lama bereaksi terhadap pergerakan harga. Dari gambar tersebut Anda bisa melihat bahwa pasar sedang berada dalam keadaan trending. Kedua SMA yang Anda lihat pada grafik ini sedang menggambarkan pergerakan trend secara umum yang disebut sebagai downtrend. Exponential Moving Average (EMA) Apa itu Exponential Moving Average? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis Moving Average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Meskipun perhitungan EMA tidak sesederhana SMA, namun EMA memberikan bobot yang lebih dalam perhitungan harga rata-rata dalam rentang waktu tertentu. Dimana efek yang terjadi adalah EMA cenderung lebih sensitif terhadap pergerakan harga, sehingga EMA bergerak sedikit lebih agresif daripada SMA. Masih belum ada gambaran Tentang EMA? Mari kita perhatikan gambar di bawah ini! Apa yang bisa Anda simpulkan dari gambar di atas? Benar, gambar diatas memperlihatkan SMA dan EMA berada pada grafik yang sama. Periode yang digunakan juga sama-sama 50, namun perbedaannya terletak pada metode perhitungan. Anda bisa melihat bahwa EMA 50 berada di posisi selalu lebih dekat dengan SMA 50. Kesimpulannya, Anda bisa melihat bahwa EMA lebih menggambarkan apa yang terjadi pada pergerakan harga (price action) dibandingkan dengan SMA. Lalu, Dimana Letak Perbedaan EMA dan SMA? Perbedaan utama antara Simple Moving Average dan Exponential Moving Average adalah sensitivitas masing-masing dalam menunjukkan perubahan data yang digunakan dalam perhitungannya. EMA memberikan bobot lebih tinggi untuk harga baru, sementara SMA memberikan bobot yang sama untuk semua nilai. Kedua rata-rata serupa karena pada dasarnya SMA dan EMA ditafsirkan dengan cara yang sama dan keduanya biasa digunakan oleh trader teknis untuk memperlancar fluktuasi harga. EMA menempatkan bobot yang lebih tinggi pada data terbaru daripada pada data yang lebih lama, lebih reaktif terhadap perubahan harga terbaru, membuat hasil dari EMA lebih tepat waktu dan menjelaskan mengapa EMA adalah jenis MA yang disukai oleh rata-rata trader. Bagaimana dengan SMA? Bila ingin Moving Average yang lebih halus dan lebih lambat dalam merespon suatu aksi pergerakan harga, maka SMA adalah pilihan yang bisa anda gunakan. SMA merupakan kebalikan dari EMA. Indikator SMA akan bekerja dengan lebih baik ketika melihat time frame yang lebih lama, karena SMA akan dapat memberi gambaran kepada Anda mengenai rentetan suatu trend secara keseluruhan dibanding EMA. Meskipun lambat dalam merespon tindakan harga, SMA bisa jadi fungsi yang menyelamatkan Anda dari signal palsu. Meskipun begitu, mungkin Anda akan membutuhkan waktu lebih lama dan bisa jadi kehilangan momen untuk mengambil posisi ketika harga berbalik arah. Simple Moving Average atau Exponential Moving Average? Jadi, manakah yang terbaik antara Simple Moving Average dan Exponential Moving Average? Tentu saja, tergantung dari karakteristik Anda dalam trading! Jika Anda merupakan trader yang agresif dan ingin mendapatkan reaksi pergerakan harga dengan cepat, maka EMA adalah pilihan yang tepat. Dengan menggunakan tools EMA, Anda akan mendapatkan bantuan untuk menangkap peluang lebih cepat dibandingkan SMA. Dengan demikian profit yang didapatkan tentu akan lebih besar. Namun perlu diperhatikan, Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang diberikan oleh EMA pada satu waktu. Jika dibandingkan dengan SMA, Anda akan mendapatkan reaksi lebih lambat pada pergerakan harga daripada EMA. Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat muncul dan bisa saja di satu waktu anda akan kehilangan waktu terbaik untuk mengambil posisi. Namun, Anda tentu tidak akan mudah terjebak dengan sinyal palsu dan profit yang dihasilkan pun akan lebih kecil dibanding EMA. Setiap indikator tentu saja memiliki, kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh karena itu, jangan sampai salah untuk memilih indikator yang sesuai dengan ciri khas Anda sebagai seorang trader. Anda perlu teliti memperhatikan jika harga bergerak menembus MA (terjadi breakout), karena hal tersebut merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa trend akan berubah arah. Ingat! Pada saat uptrend, strategi terbaik yang harus Anda lakukan adalah Buy. Dan pada saat downtrend, strategi terbaik yang harus Anda lakukan adalah Sell. Pada posisi uptrend, Anda bisa menggunakan Moving Average sebagai area referensi untuk buy. Sebaliknya jika pada saat itu posisi downtrend, Moving Average bisa Anda gunakan sebagai area referensi untuk melakukan sell. Anda bisa menerapkan strategi ini pada bounce trading. Coba perhatikan gambar di bawah ini! Pada gambar diatas, Anda akan melihat indikator SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an. Pada saat itu, Anda mendapatkan konfirmasi bahwa terjadinya pantulan karena harga terkoreksi lalu mendekati SMA 50. Level stop loss yang terlihat pada gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat. Level target yang diambil adalah resistance yang terdekat. Perlu diingat jika Anda melakukan buy menggunakan MA, pastikan bahwa garis MA sedang menanjak (naik). Jika sudah begitu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Bounce yang terjadi valid dan target Anda tercapai! Ketika harga mengalami pullback ke area Moving Average, yang perlu Anda lakukan adalah menunggu konfirmasi bounce untuk melakukan sell. Apakah Anda sudah mendapatkan gambaran? Jika belum, lihat gambar di slide selanjutnya. Bagaimana cara Anda melakukan analisa pada grafik di atas?Pertama kali yang harus Anda perhatikan adalah apakah garis SMA tersebut sedang turun. Ketika harga mengalami pullback ke area SMA , pastikan bahwa ke miringan SMA tetap berada di posisi ke bawah (turun). Dari gambar tersebut , Anda akan melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA. Meskipun ada false break, namun harga segera bergerak turun dan bergerak dibawah SMA. Keadaan ini menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar dari pada bullish. Maka dari itu, Anda bisa mengambil posisi sell dengan target di support terdekat dan stop loss di resistance terdekat. Jika sudah mengambil salah satu posisi, apa yang selanjutnya akan terjadi? Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya skenario yang terjadi akan selalu seperti gambar di atas. Bisa saja, bounce yang terjadi gagal dan harga akan berbalik lalu menembus Moving Average dengan sadisnya. Itulah sebabnya, Anda perlu menempatkan stop loss tentu saja dengan catatan: tetap memiliki strategi dan manajemen risiko yang baik agar strategi yang sederhana pun bisa membawa Anda menghasilkan profit yang tetap konsisten. Selain itu, ada pengembangan dari penggunaan Moving Average yang perlu Anda ketahui sebagai entry point. Salah satu pengembangan yang cukup populer adalah mengkombinasikan dua Moving Average dalam satu grafik dimana kombinasi tersebut antara SMA 20 dan SMA 50.Strategi ini disebut sebagai Double Moving Average. Fungsi dari pengembangan ini adalah untuk memanfaatkan celah yang merupakan area antara dua MA. Dari gambar diatas, Anda dapat melihat bahwa sell dilakukan ketika harga masuk ke dalam area yang dimaksud (celah). Jika Anda melakukan transaksi trading dengan menggunakan strategi ini, pastikan minimal dua kondisi di bawah ini dapat terpenuhi: 1. Kedua Moving Average harus memiliki arah kemiringan yang sama. – Jika akan buy, maka kemiringan kedua Moving Average harus ke atas (naik). – Jika akan sell, maka kemiringan kedua Moving Average harus kebawah (turun). 2. Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA. Lalu, bagaimana cara kerja strategi double Moving Average saat Anda melakukan Buy? Yang perlu Anda perhatikan adalah celah yang terdapat pada Moving Average tersebut bisa dimanfaatkan untuk entry. Jadi, ketika harga masuk dan candlestick ditutup di area tersebut maka saat itu Anda bisa melakukan transaksi. Tidak perlu khawatir, karena akan ada alat bantu tambahan yang dapat membantu Anda untuk menentukan waktu yang tepat saat melakukan aksi. Double Moving Average Crossover Penggunaan Double Moving Average Crossover, tidak jauh berbeda dengan penggunaan Moving Average lainnya. Hanya saja, Anda perlu menggunakan garis Moving Average lebih dari dari satu dan tergantung dari angka Moving Average berapa yang digunakan. Perpotongan antara dua Moving Average ini bisa Anda jadikan sinyal atau indikasi awal bahwa trend akan berubah arah dan bisa digunakan sebagai sinyal untuk entry seperti gambar di slide selanjutnya. Dari gambar tersebut , Anda akan melihat SMA yang di plot pada grafik 1 jam-an untuk currency pair GBP/USD. Pergerakan harga yang terjadi dari tanggal 27 Mei 2011 hingga lebih kurang 31 Mei 2011 adalah naik.Namun, sekitar tanggal 1 Juni 2011 terjadi crossover (perpotongan) antara SMA 20 dan SMA 50. Setelah terjadi pullback sedikit, terlihat GBP/USD meluncur turun mulai tanggal 1 Juni 2011 hingga 2 Juni 2011. Jika Anda melakukan sell ketika kedua SMA itu berpotongan , maka pada tanggal 2 Juni Anda sudah memperoleh setidaknya 100 pips! Bagaimana dengan buy? Mari kita perhatikan lagi gambar di bawah ini! Perpotongan dari bawah ke atas merupakan sinyal buy. Tentu saja, Anda bisa memanfaatkannya sebagai exit point jika seandainya telah melakukan buy berdasarkan strategi double MA sebelumnya.Jadi selain sebagai entry point, perpotongan double MA juga bisa digunakan sebagai exit point. Cukup mudah bukan? Apa Saja Manfaat Moving Average Dalam Trading? 1. Memuluskan pergerakan harga Sebagai indikator yang membantu memuluskan pergerakan harga, salah satu fungsi Moving Average adalah untuk mendeteksi arah trend. Teori dasar yang menjadi acuan adalah; – Jika garis Moving Average cenderung naik, artinya trend cenderung Bullish. – Jika garis Moving Average cenderung turun, artinya trend cenderung Bearish. Namun perlu diperhatikan apabila Moving Average membentuk pola bukit dan lembah secara simultan, maka trend cenderung Sideways. 2. Mengetahui pembalikan arah trend Untuk menentukan titik reversal (pembalikan arah) trend, sederhananya Anda dapat melihat saat harga menembus Moving Average. Jika yang ditembus adalah garis MA periode jangka pendek, maka pembalikan aranya pun untuk jangka pendek. 3. Menentukan Support Level dan Resistance Moving Average dapat digunakan sebagai level psikologis untuk support dan resistance. Bila harga mendekati Moving Average, seringkali harga akan memantul kembali sehingga seolah-olah Moving Average bertindak sebagai “tembok penghalang” pergerakan harga. Oleh karena itu, bila harga menembus Moving Average maka hal ini dapat dikatakan sebagai sinyal pembalikan arah (reversal)