Tentang Support System Annisastcom

lettering by me. πŸ™‚ Menjadi ibu-ibu dengan segala problematikanya membuat saya menyadari satu hal: pentingnya support system.Sukses ASI, sukses MPASI ideal no gula garam, sukses melahirkan normal, bisa main sama teman tanpa bawa anak, bisa berkomunitas, semua bisa berjalan karena support system yang bagus. Kalau lagi di acara gathering blogger yang isinya emak-emak semua, saya selalu mikir, betapa hebat suami-suami para blogger ini! Mau nganter, mau nunggu sambil jagain anak entah di sebuah mall mana yang terdekat dengan venue, plus mau jemput lagi setelahnya. Terharu nggak siihhhh. :’))) Betapa sebuah support system yang baik bisa membuat seseorang, terutama perempuan, melakukan banyak hal luar biasa. Apa itu support system? > “a network of people who provide an individual with practical or emotional support — merriam-webster dictionary” Jadi support system ini bisa siapa saja. Yang paling dekat sih: 1. Suami 2. Keluarga 3. Kantor (kalau bekerja) Betapa punya suami, keluarga, dan kantor yang support untuk ASI itu penting sekali demi kelancaran menyusui. Saya bersyukur punya suami yang mendukung apapun keputusan saya, punya keluarga yang support full ASI tanpa sufor, dan kantor yang luar biasa memberikan banyak kemudahan dari melahirkan sampai pumping ASI yang lumayan menyita waktu kerja di bulan-bulan pertama. Hasilnya alhamdulillah sampai sekarang lewat setahun ASI masih banjir bandang. πŸ™‚ Ketika support system kita baik, kemudian ada yang berusaha menghancurkan, biasanya orang-orang ini yang pasang badan duluan. Misal rumah sakit mau kasih susu formula, ibunya masih lemah tidak berdaya habis melahirkan sesar. Suami dan keluarga akan jadi orang pertama yang menghadang rumah sakit untuk tidak begitu saja memberikan susu formula. Atau minimal meminta persetujuan ibu terlebih dahulu. “Ah tapi keluarga aku nggak support. Sedih deh.” πŸ™ Eh jangan khawatir dulu. SUPPORT SYSTEM BISA DIBUAT! Beneran. Dan intinya adalah komunikasi. Segala kemudahan yang saya dapat ini hasil komunikasi berbulan-bulan loh. Misal soal dot. Waktu hamil idealis dong pengen pake soft cup feeder. Nah dari hamil itu udah sosialisasi ke seluruh keluarga. Bebe nggak akan ngedot loh. Karena bla bla bla. Nonton bareng-bareng sama ibu video bayi di YouTube yang minum pake soft cup. Terus-terus dikomunikasikan. Sampai akhirnya gagal pun karena saya yang nyerah, bukan karena dipaksa orang lain. Waktu Bebe mulai MPASI, saya mengkomunikasikan bahwa minimal sampai 8 bulan, Bebe tidak akan makan makanan instan. Waktu Bebe baru ngerangkak, saya sudah mengkomunikasikan pada semua kakek neneknya. Kami tidak akan pakai baby walker. Diceritakan alasannya. Jadi kalau mau beliin sesuatu, beliin baby trike ajah alias sepeda roda tiga yang buatan Jepang dan bisa dilipat ituh. Jangan pas hamil diem-diem ajah kalau kita pengen ASI eksklusif dan MPASI homemade. Pas melahirkan marah sama orang rumah karena disuruh ngasih susu formula. Yeeee, udah edukasi ASI belum? Kapan edukasinya? Kalau perlu dari pas hamil, bawa orang tua untuk ikut kelas menyusui. Nggak gampang, tapi bisa. Nggak instan, tapi yakin pasti bisa. πŸ™‚ Kalau gagal? Ya sutralah nyerah aja *itu mah saya lol* Yah kalau gagal cari support dari orang terdekat, cari support system yang lain. Di mana? Komunitas. Komunitas ini punya peran penting banget loh. Ingin rajin ngeblog, ikut komunitas yang rajin blogging biar semangat belajar. Ingin sukses MPASI homemade, ikut komunitas MPASI homemade. Ingin sukses food combining, ikutlah komunitas food combining. Di komunitas dengan interest yang sama, orang akan saling menyemangati, saling memberi kritik dan saran, saling mengingatkan. πŸ™‚ Kalau sudah semua berjalan lancar? Jangan lupa bersyukur, dan satu hal, jangan judge ibu-ibu yang “gagal”. Siapa tahu mereka tidak punya support system sebaik yang kita punya. πŸ™‚ Selamat hari Rabu! -ast- LIKE THIS POST? STAY UPDATED! LATEST VIDEO PLEASE SUBSCRIBE! Labels :tentang asi